Bab 23 | Inner Beauty

168 34 130
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

"Beauty people are not always good, but good people are always beautiful." -Ali bin Abi Thalib

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

Kring...

Bel masuk berbunyi menandakan jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Meisya mengambil buku ajarnya dan beberapa lembaran fotokopi an tak lupa dusgrip dan alat tulis.

Meisya tersenyum ramah pada guru-guru yang lain dan murid-muridnya, langkahnya terus menuju ke kelas atas yaitu deretan kelas tujuh. Melihat depan kelas 7C kosong membuat Meisya tersenyum lega.

"Alhamdulillah anak-anak udah pada baris," monolognya karena baginya depan kelas kosong berarti murid-muridnya sudah baris lalu masuk ke kelas dengan tertib.

Dua langkah lagi sudah berada di depan pintu kelas 7C tepat saat itu juga seorang siswa muncul di hadapannya. "Astaghfirullahaladzim... Ngagetin aja kamu, Al."

"Hehe maaf, Bu, tadinya saya mau buang sampah kok, Bu, beneran," balasnya seraya mengangkat kedua jarinya membentuk tanda V meminta damai.

"Bohong Alden, Bu... Padahal dia mau lihat Bu Meisya udah berangkat belum," timpal Rasya.

"Kalau belum kenapa?" tanya Meisya seraya menyipitkan kedua matanya penuh selidik.

"Eng-"

"Kalau belum berarti enggak jadi ulangan... Alden, belum belajar sih, Bu," kekeh Rasya lalu melenggang pergi kembali ke tempat duduknya.

"Rasya bohong kok, Bu," ucap Alden lalu buru-buru mengejar Rasya.

Meisya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah muridnya itu kemudian melanjutkan langkahnya ke meja guru. Melihat Meisya sudah berdiri di tengah-tengah kelas kemudian muridnya sudah siap duduk rapi dan menunggu ketua kelas memimpin doa.

Selesai berdoa kemudian Meisya kembali ke mejanya lalu mengambil setumpuk kertas fotokopi an seketika Meisya menyipitkan matanya karena melihat raut wajah muridnya mendadak cemas.

"Kenapa pada takut gitu? Ini cuma ulangan bukan ujian," ucap Meisya sambil memberikan per lembar fotokopi an pada muridnya.

"Hehe enggak kok, Bu," jawab Alden seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Belum belajar pasti?" tanya Meisya kompak seisi kelas menggeleng.

"Belajar kok, Bu... Ta-"

"Enggak ada tapi-tapi an, kerjakan lima belas pilihan ganda dan lima uraian waktunya 90 menit... Kerjakan sendiri-sendiri jangan ada yang nyontek," tandas Meisya.

"Siap, Bu!" seru murid-muridnya lalu mulai mengerjakan soal yang diberikan oleh Meisya.

Setelah membagikan soal pada murid-muridnya Meisya kembali ke meja guru meskipun dia tidak mengawasi dari belakang, namun dia mempunyai kelebihan mengawasi gerak-gerik muridnya terutama ada yang menyontek.

Uhuk...

Seketika pandangan Meisya menoleh ke arah sumber suara. "Ngapain tuh pura-pura batuk?"

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang