Happy reading, semoga suka dan bermanfaat ya ❤️
“Manusia tempatnya salah dan dosa maka tidak mungkin ada seorang manusia dengan cerita yang sempurna. “
Perjalanan Cinta Menuju Jannah
Pagi ini cuaca sedang tidak bersahabat. Tampak awan hitam yang memenuhi langit dan perlahan Kota Jogjakarta diguyur hujan.
Meisya menatap lesu pemandangan Jogja pagi ini, pasalnya dia sedang membawa pesanan dadar gulung untuk diantar ke pesantren dan dia juga tak membawa payung lipat.
"Allahumma shoyyiban nafi'an," ucap Meisya berdoa di kala hujan turun.
Saat kernet menyebutkan halte tujuan Meisya langsung mempersiapkan diri di depan pintu untuk keluar. Dengan langkah hati-hati Meisya turun di halte tujuannya.
Meisya menatap jalanan yang diguyur hujan deras, sebenarnya dia ingin nekat menerobos hujan tetapi takut pesanan dadar gulung basah gara-gara air hujan.
"Pakai aja," suara bariton laki-laki muncul dari arah belakangnya.
Terdapat uluran tangan dengan payung lipat berwarna hitam menyodorkan pada Meisya.
"Kamu... Meisya kan?"
"Kak Iqbal?" tanya Meisya mengingat-ingat seseorang lelaki di hadapannya.
Laki-laki berusia 24 tahun itu tersenyum seraya mengangguk. "Pakai aja, Sya."
"Perasaan kakak adik sifatnya beda jauh, Kak Iqbal kelihatannya enggak galak," batin Meisya.
"Enggak usah, Kak, makasih. Meisya, nunggu hujannya reda aja," tolak Meisya dengan sopan.
Namun, Iqbal justru maju beberapa langkah kemudian membuka lipatan payung yang siap dipakai lalu memberikannya kepada Meisya.
"Udah enggak apa-apa, pakai aja, Sya. Masalah balikin gampang," ucap Iqbal seraya menyodorkan payung pada Meisya.
"Beneran enggak apa-apa, Kak?" tanya Meisya yang diangguki oleh Iqbal.
"Makasih ya, Kak. Insya Allah secepatnya, Meisya, kembalikan," ucap Meisya lalu menerima payung itu.
"Iya sama-sama, Sya. Santai aja, hati-hati ya," pesan Iqbal.
Meisya hanya mengangguk kemudian mengucapkan salam lalu keluar dari halte menuju gang ke pesantren dengan payung lipat berwarna hitam.
Niatnya ke pesantren sengaja tidak membawa motor agar pulangnya bisa bareng bersama ayahnya, namun Meisya tidak tahu tiba-tiba Jogjakarta diguyur hujan.
Jam-jam pagi menjelang siang seperti ini suasana pesantren terbilang ramai, banyak motor maupun mobil yang terparkir rapi di halaman pesantren. Minggu pagi memang jadwalnya kunjungan wali santri maka tak heran suasana pesantren sangat ramai.
Setelah mengantar pesanan dadar gulung pada ibu kantin kemudian Meisya duduk di bangku panjang yang berada di kantin seraya menunggu ayahnya karena berniat pulang bersama.
Pesantren milik keluarga Malik cukup banyak peminatnya, tak hanya di Jogja saja namun di Solo terdapat pesantren Ar-Rahman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]
Storie d'amore"Bagaimana rasanya memendam perasaan pada seseorang yang dulu kuanggap sebatas teman?" Jadilah wanita seperti Fatimah yang menjaga kesucian cintanya hingga setan saja tidak mengetahui. Begitu pula dengan Ali, jadilah pria yang berani melamar putri...