Bab 34 | Hurt

194 25 19
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah

Meisya menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. "Apakah, Kak Irsyad, serius? Tidak lagi sedang bercanda kan?"

"Bercanda?" katanya. "Saya minta sedetik saja kamu menatap saya, coba lihat apakah muka saya kelihatan bercanda?" lanjutnya.

Mendengar itu Meisya menelan saliva terkejut. Dokter Irsyad benar-benar serius dengan ucapannya.

"Perginya saya bak hilang ditelan bumi mungkin membuatmu ragu. Saya paham pasti kamu terkejut, tetapi izinkan saya membawa orang tua saya berkunjung ke rumah kamu untuk melamarmu."

Lagi, Meisya menarik napas panjang kemudian menghembuskannya. Detik selanjutnya Meisya menarik sudut bibirnya membentuk senyuman.

"Kalau Kak Irsyad benar-benar serius, saya tunggu di rumah untuk bertemu Ayah. Jawaban yang diberikan Ayah adalah jawaban saya," jawab Meisya.

Sementara Dokter Irsyad bernapas lega. Masalah diterima atau enggaknya dia pasrah kepada Allah, setidaknya dia diizinkan untuk mengkhitbah.

"Permisi, Kak, ini pesanannya," ucap seorang pramusaji sambil menaruh pesanan mereka di meja.

"Terima kasih, Mbak," ucap Meisya kemudian pramusaji berpamit kembali ke dapur.

"Tadi lagi cari apa?" tanya Dokter Irsyad membuka obrolan.

"Lagi cari kado buat teman, Kak," jawab Meisya.

"Kak Irsyad sendiri ngapain?"

Seketika Dokter Irsyad menepuk jidatnya. Pria itu baru sadar bahwa telah meninggalkan Halda sendirian di food court.

"Nemenin Hal-"

Tringg....

Deringan telpon mengalun dari ponsel Dokter Irsyad. Ketika melihat nama 'Halda' yang muncul di layar persegi panjang itu lantas pria itu menggeser panel hijau di layar untuk menjawab panggilan.

"Ih, nyebelin sumpah! Bang Irsyad kok enggak balik-balik sih?! Jangan-jangan a-"

"Sstt! Jangan teriak-teriak, Bang Irsyad, tunggu di kafe sebelah time zone," balas Dokter Irsyad.

"Kok enggak bilang dari tadi sih?! Capek aku nunggunya! Awas aja kalau enggak ditraktir!"

"Iya-iya, Bang Irsyad, traktir. Udah cepetan ke sini."

"Oke on the way. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Meisya tidak bisa menahan untuk tidak ketawa. Meisya bisa menebak kalau Dokter Irsyad sedang meninggalkan adik sepupunya itu sendirian.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang