Bab 36 | Clarification and Feelings

195 24 14
                                    

Happy reading semoga suka dan bermanfaat 💓

"Never love someone who can't let go of their past." - Anonim

Perjalanan Cinta Menuju Jannah


Sesampainya di IGD Meisya langsung berhambur ke pelukannya Tante Mia. Wanita itu lemah bila sesuatu yang tidak diinginkan terjadi dengan ayahnya. Tangan Tante Mia mengusap lembut punggung Meisya berusaha menenangkan wanita 25 tahun itu.

"Tante," panggil Meisya seraya menguraikan pelukannya.

"Iya?" balas Tante Mia lembut.

"Meisya mau lihat ayah," ucap Meisya dengan tatapan memelas.

Tante Mia menggeleng. "Jangan sekarang, ayah kamu lagi diperiksa sama dokter."

"Iya, Sya, lebih baik kita sama-sama berdoa untuk kebaikan ayah kamu," susul Om Haris.

Meisya menurut, disela-sela tangisnya dia berusaha merapalkan doa-doa untuk kesembuhan ayahnya.

Setelah beberapa menit, seorang pria berjas putih itu keluar membuat Om Haris, Tante Mia, dan Meisya langsung mendekati Dokter Hendra.

"Bagaimana keadaan ayah saya, Dok?" tanya Meisya dengan suara paraunya.

"Sudah lebih baik untungnya langsung dibawa ke rumah sakit, tetapi Pak Fadil masih belum sadar sampai sekarang. Sebentar lagi akan dipindah ke ruangan," jelas Dokter Hendra.

"Saya boleh masuk kan, Dok?" tanya Meisya.

"Silahkan."

"Pak Haris, saya tunggu di ruangan saya," ucap Dokter Hendra sebelum berlalu pergi.

"Meisya, kamu temui ayah kamu ya, biar, Om Haris, ngobrol sama Dokter Hendra," ucap Om Haris yang diangguki jawaban oleh Meisya.

Setelah Om Haris menyusul langkah Dokter Hendra kemudian Meisya menemui ayahnya. Begitu sosok ayahnya terlihat jelas, dada Meisya seketika sesak. Banyak selang-selang yang Meisya tidak tahu apa namanya terpasang pada tubuh ayahnya.

"Ayah pasti capek nanggung sakit sendirian ya? Kenapa Meisya enggak boleh tau, Yah...." bisik Meisya lirih. Tangannya lantas terangkat untuk mengusap pelipis pria itu, dan tanpa dia sadari dia menumpahkan tangisnya hingga sesenggukan.

"Cepat sembuh, Laki-laki terhebat...." Meisya mengusap air matanya dan mengulas senyum untuk menguatkannya.

Meisya tidak bisa mengukur seberapa penting ayahnya dalam hidupnya. Tidak bisa lagi menghitung seberapa perjuangan ayahnya merawatnya sejak kecil hingga kini dewasa. Baginya, ayahnya bukan hanya seorang ayah biasa, tetapi sekaligus seorang ibu.

"Maafin Meisya selama ini selalu merepotkan, Ayah. Maafin Meisya yang terlalu sibuk sampai-sampai enggak tau kalau, Ayah, punya penyakit yang cukup serius...." lirih Meisya seraya mengusap air matanya.

"Cepat sembuh, Ayah, semoga selalu sehat. Beri kesempatan untuk Meisya agar membahagiakan, Ayah."

***

Meisya menutup pintu ruangan ayahnya dengan hati-hati. Saat dia memutar tubuhnya pandangannya melihat Om Haris, Tante Mia, dan Dira.

"Om sama Tante ke dalam dulu ya," ucap Om Haris yang diangguki sebagai jawaban.

Setelah Om Haris dan Tante Mia masuk ke dalam ruangan ayahnya lantas Meisya berhambur ke pelukan Dira yang sedari tadi tangannya membuka lebar-lebar.

Perjalanan Cinta Menuju Jannah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang