𝓝𝓮𝓸𝓻𝓪 : 𝓐𝔀𝓪𝓵 𝓨𝓪𝓷𝓰 𝓑𝓾𝓻𝓾𝓴

1.9K 170 19
                                        

An : Vote Dulu ntar lupa loh♡







Sepatu jerami yang dikenakan itu menghempas menabrak tanah hingga debu dan pasir terbang seiring hentakan kakinya, Nafasnya berlomba membuatnya berkeringat di dahi, ia menyingkap hanbok yang dipakainya hingga langkahnya lebih ringan dan besar.

Matanya menatap sebuah bangunan besar yang menjadi tujuannya saat ini, ketika ia telah sampai pada tujuannya, tanpa aba aba ia segera melompat masuk kedalam bangunan tersebut, lorong panjang ia lewati dengan berlari sekencang rusa yang hendak di buru.

"Putra Mahkota Telah Tiba"

Suara itu menyambut kedatangannya, beberapa orang berseragam pengawal membuka pintu dua daun yang bercorak bunga teratai raksasa itu, iapun segera masuk kedalam.

Brak...

Ia menjatuhkan busur beserta anak panah yang sedari tadi ia bawa kala ia melihat raga yang tertidur lemas dan begitu pucat.

"Yang mulia Raja"

Iya bersimpuh di samping raga yang terbujur lemas, menciumi tangan tersebut dengan bercucuran air mata, pria yang terbujur lemas itu tersenyum simpul melihat orang yang dinanti olehnya telah datang.

"Anakku, kau telah tumbuh besar menjadi pemuda yang tangguh, ayah rasa, inilah saatnya kau menjadi pemimpin tanah utara menggantikan ayah, berjanjilah untuk melakukan apa saja agar rakyat sejahtera"

Pria yang terbujur itu berucap susah payah, wajahnya telah sangat pucat seperti tak ada setetes darah yang mengalir dalam tubuhnya, sementara pria satunya lagi hanya menangis sembari menggenggam tangan sang ayah, ia menggeleng pelan, namun tangan yang ia genggam meremat erat telapak tangannya, pertanda menolak ketidakmauannya, ia menangis sejadinya dalam diam, tak peduli dengan gelar Putra Mahkota yang melekat padanya.

"Yang mulia, hamba berjanji. Hamba akan melakukan apa saja agar rakyat kita sejahtera, begitu pula dengan yang mulia, yang mulia harus berkenan berjanji untuk segera sembuh"pintanya yang masih dengan tangisannya.

"Tidak anakku, ayah sudah lelah menghadapi semuanya, maka biarkanlah ayahmu ini beristirahat sebentar"pria tua itu membantah, ia mencoba menyamankan posisi tidurnya.

"Yang mulia-"

"Pergilah anakku, ayahmu ini baik baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, ayah hanya ingin tidur sebentar"ujarnya sambil memejamkan matanya dengan nyaman seakan ia hanya tertidur akibat kelelahan bekerja.

Pria muda yang sedari tadi menangis itu membenahi selimut ayahnya kemudian ia menghadap kepada tabib dan tangan kanan ayahnya yang sedari tadi diam membisu menyaksikan tangis pilu pria yang paling muda diantara mereka, mereka menunduk tak berani menatap wajah pemuda tersebut.

"Ku percayakan yang mulia Raja kepada kalian, jika terjadi sesuatu kepada Raja maka kalian akan tahu akibatnya"ujarnya dingin dan berwibawa, sekejap sifatnya yang cengeng berubah menjadi sifat yang memang harus dimiliki Putra mahkota.

"Hamba akan menjalankan perintah yang diberikan, Pangeran"jawab kedua pria itu kompak sambil bersujud dalam artian hormat.

Setelah mendengar itu, pemuda berhanbok biru gelap dengan motif naga berwarna perak khas pakaian pangeran tersebut pergi keluar dari ruangan Raja, seluruh pengawal dan pelayan istana membungkuk hormat kepadanya seiring ia berjalan melewati.

"Pangeran ingin pergi kemana?"tanya seseorang yang mencegah langkahnya.

Dia menoleh "aku hanya ingin ketempatku Minhyung"ujarnya pelan.

"Jika begitu izinkan hamba mengawal pangeran"ia membungkuk hormat meminta izin.

"Aku ingin pergi sendiri, kau disinilah, jaga yang mulia Raja" yang dipanggil pangeran menolak dengan cepat, saat ini ia memang ingin menyendiri.

Neora (Jaewoo) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang