An : Vote dan comment jangan lupa
Jemari pendek namun berisi itu menarik lembut sebuah kuas kecil yang menorehkan bulu berbalut tinta pada permukaan kertas putih kekuningan yang terletak diatas meja. Sang pelaku dengan teramat lihai menarik ulur lengannya menjepit kuas hingga menghasilkan coretan asal yang semakin lama kian jelas bentuknya.
Pria itu tersenyum melihat hasil karyanya yang ia rasa begitu sempurna, matanya menelisik dalam kearah lukisan yang baru saja ia selesaikan. Terlukis wajah seorang pria yang sedang tertawa indah dengan sepasang gigi kelinci menyembul diantara bibir ranumnya yang terasa begitu manis, rambut hitam panjang yang ia lukiskan terasa begitu halus meski hanya sebatas torehan tinta. Sempurna. Hanya kata itu yang bisa diucapkannya dalam hati mengenai seorang pria yang menjadi objek inspirasinya tersebut.
Ia bernapas lega, sekali lagi ia berhasil melepaskan kerinduannya melalui sebuah lukisan meskipun begitu rasa rindu tetaplah rasa rindu yang tidak akan hilang bila tak langsung bertemu dengan orangnya. Rasa senangnya pupus menghilang, saat ini rasa rindunya seperti sudah tak bisa terbendung lagi. Lukisan saja tidak bisa melepaskan rasa ingin bersuanya, ia ingin langsung menjumpai orang tersebut andai saja jika dia bisa.
Brakkk...
Suara keras akibat pintu ruangannya yang dibuka paksa tak membuatnya terkejut sedikitpun, alih-alih ia sudah sangat akrab dengan suara gaduh seperti itu. Dia hanya tinggal menunggu apa yang terjadi selanjutnya.
"Heii Bajingan! Apa lagi yang kau lakukan hah!!"
Pemuda itu mendengus, padahal sudah jelas orang itu tahu apa yang sedang dilakukannya saat ini namun orang tersebut justru bertanya.
"Mengapa kau diam saja?!!"bentaknya sejurus dengan kedua lengannya menyambar kasar hanbok yang dikenakan si pemuda.
Pemuda itu mengalihkan wajahnya kesegala arah agar tidak bertatapan langsung dengan orang tersebut, demi apapun ia tak sanggup mencium bau arak yang sangat menusuk hidung dari orang itu.
"Yang mulia, tenanglah. Hamba hanya melakukan kegiatan kecil untuk mengisi waktu senggang saja"ujarnya pelan sambil mencoba melepaskan pegangan si 'Yang mulia' dari hanboknya. Jujur ia sudah tak tahan berdekatan dengan pria beraroma arak itu, rasanya ia akan segera muntah jika lebih lama berada dekat dengannya.
"Tenang?! Bagaimana aku bisa tenang sekarang?!! Aku tahu kau kembali melukis wajah istriku lantas memandanginya dengan tatapan cabul!"duganya dengan penuh keyakinan.
Lihat, bukankah sudah jelas orang itu tahu apa yang sedang dilakukan sipemuda, lalu untuk apa ia bertanya sebelumnya?.
Orang itu melirik sekilas kearah kertas yang sudah digulung si pemuda sebelum ia datang, tanpa pikir panjang ia langsung merampas galungan itu. Si pemuda yang melihatnya hanya bisa menghembus napas kasar.
"Sudah ku duga sejak lama kau menyukai istriku! Kau pikir kau bisa merebutnya dariku hah?! Dengan melukis wajahnya setiap hari kau kira dia bakal luluh padamu?! Cih, jangan harap! Karena dia hanya milikku!" bentaknya tepat di wajah si pemuda.
"Yang mulia, anda sedang mabuk yang mulia. Duduklah dahulu, akan hamba buatkan segelas teh melati"ujarnya lembut, pria itu bersusah payah menahan napasnya karena ia sudah sangat tidak tahan dengan aroma arak yang keluar dari mulut si 'Yang Mulia', bahkan rasanya ia ingin muntah saja saat ini juga.
"Aku tidak butuh teh seperti yang kau ucapkan!! Aku hanya butuh istriku! Hanya istriku! Katakan dimana kau menyembunyikannya! Kau pasti tahu kemana dia pergi!"ucapnya memaksa, pria itu mencengkram kedua pundak si pemuda kemudian menggoyangkannya agar pemuda itu mau menjawab pertanyaan yang diajukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Neora (Jaewoo) END
Fanfiction[PRIVATE STORY] [RATE -M NC21+] [VULGAR WORDS, AND SEX SCENE] [HOMOPHOBIC GO AWAY] [DON'T LIKE DON'T READ!, EASY RIGHT?] 🏅#1 jaejung 09/10/21 🏅#6 dinasti 11/03/21 🏅#9 jaewoo 16/08/21 🏅#8 king 22/05/21 🏅#10 nc 21/05/21 🏅#3 kimjungwoo 14/08/21 C...
