Neora (Jaewoo) END

𝓝𝓮𝓸𝓻𝓪 : 𝓑𝓾𝓪𝓱 𝓟𝓮𝓻𝓼𝓲𝓴 𝓜𝓾𝓭𝓪

An : Jangan lupa komen dan vote

Jungwo berjalan pincang menuju salah satu kursi yang ada di taman belakang istana. Pagi ini ia berniat menghirup udara segar setelah satu minggu penuh terkurung di dalam gudang atas kehendak dayang mi .

Dayang min mengurungnya dengan ketat, wanita itu tak memperbolehkan Jungwoo keluar dari gudang barang sekejap saja, dengan alasan Jungwoo harus banyak beristirahat agar luka di kakinya cepat pulih. Dan benar saja, sekarang lukanya sudah mengering karena Dayang min merawatnya dengan tekun, bukan sekali dua kali Jungwoo menolak, ia mengatakan bahwa lukanya akan sembuh dengan Sendirinya dan tidak butuh diobati. Namun dengan keras dayang min menolak, wanita paruh baya itu selalu membasuh luka di kaki Jungwoo dengan air hangat setiap hari.

Jungwoo tentu tidak tega melihat dayang min pulang pergi keluar istana menuju rumah rakyat yang bisa di pinjam dapurnya itu, akan tetapi dayang min sama sekali tidak merasa terbebani. Kini Jungwoo harus memikirkan cara untuk membalas kebaikan dayang min padanya.

Dari kejauhan ia memandangi pagar Taman pribadi miliknya dahulu, ia menjadi sedikit penasaran. Sekarang siapa pemilik baru taman itu?. Sudah sangat lama ia tak menginjakkan kaki di taman itu, terakhir kali ia berkunjung disana saat bersama sang raja dahulu, jadi dia tak tahu bagaimana bentuk taman itu sekarang ini.

Tak ingin memikirkan apapun tentang yang telah berlalu, Jungwoo lebih memilih untuk menghirup udara dalam dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan, mungkin karena ia duduk dibangku yang tepat berada dibawah pohon hingga rasa udaranya sangat segar.

Jungwoo baru ingat bahwa ia sudah lama sekali tidak melihat Minhyung sejak pria pendek itu memergokinya sedang menangis dan berujung mereka berbincang hingga hampir subuh hari. Entah mengapa Jungwoo merasa Minhyung sangat sulit untuk ditemui atapun menemui, padahal hari ini Jungwoo ingin mengucapkan terima kasih atas bantuannya.

Lagi lagi pria muda itu menghirup dalam udara pagi itu, kali ini matanya ikut terpejam seolah sangat menikmati udara itu. Namun acara menikmati udaranya itu terganggu oleh suara langkah kaki yang sepertinya berhenti di jalan tepat di depannya. Perlahan matanya membuka untuk melihat langkah kaki siapa yang terhenti itu.

Didalam hati ia merutuk sial, kesialan apa lagi yang menghampirinya saat ini, baru saja ia keluar gudang namun sudah disuguhkan oleh roh ular yang menjelma menjadi seorang wanita.

Yang pertama kali dilihatnya adalah wajah selir kim yang berekspresi garang dengan tatapan mematikan yang ditujukan padanya, sayangnya Jungwoo lebih tertarik untuk melihat Pria yang berada di samping wanita itu—sang raja dengan wajah datar dan angkuhnya.

Tak sedetikpun manik bening Jungwoo itu berkedip menatap wajah tampan sang raja yang berhasil membuatnya merindu beberapa hari yang lalu. Wajah tampan itu saat ini terlihat sangat pucat dengan kulit dagu dan bawah hidungnya yang sudah mulai di tumbuhi rambut rambut pendek. Dahulu Jungwoo lah yang mencukur bakal janggut dan kumis raja namun sekarang mengapa pria itu tak mencukurnya? Apa dia tak bisa melakukannya sendiri? Kalau memang iya mengapa pria tua itu tak meminta bantuan selir kim?.

Jungwoo segera menghapus pikirannya, ia sudah berjanji di sanubarinya untuk tidak mencampuri ataupun mengenang apapun yang bersangkutan dengan masa lalunya.

"Apa yang kau lihat?! Jangan sembarangan memandang suami orang! Dasar pria penyuka sesama jenis!"ujar selir kim, sejurus dengan ucapannya itu sang raja menarik lengannya yang sedari tadi digandeng wanita bermarga kim itu.

Jungwoo tak menyahut, ia diam tak peduli. Jujur saja saat ini ia sama sekali tidak berniat beradu mulut. Hatinya sedang tidak nyaman sekarang ini.

Selir kim yang melihat Jungwoo tak menyahut sedikit mendecih dengan bibir kiri yang terangkat ke atas, "ada apa dengan mu? Apakah hukuman cambuk seratus kali itu berhasil membuatmu ketakutan padaku sekarang?"tanya selir kim dengan nada senangnya.