Neora (Jaewoo) END

𝓝𝓮𝓸𝓻𝓪 : 𝓣𝓾𝓻𝓾𝓷 𝓣𝓪𝓱𝓽𝓪

An : vote dan comment jangan lupa

Keadaan istana saat ini sedang tidak baik baik saja sejak hilangnya selir choi yang hingga saat ini belum ditemukan keberadaannya setelah dinyatakan hilang seminggu yang lalu. Raja dan para prajurit istana telah mencari hampir keseluruh pelosok negri bagian selatan namun tak kunjung menemukan wanita muda itu. Beberapa elite istana mengatakan bahwa mungkin saja selir kim melarikan diri ke utara namun anggapan itu segera ditepis oleh sang ratu, selir choi tak mungkin kesana karena bagaimanapun wanita itu tidak memiliki sanak saudara terlebih lagi dia juga tidak pernah kesana sebelumnya, hal itu juga di perkuat dengan peraturan istana yang melarang rakyat selatan datang ke utara dikarenakan wilayah utara adalah wilayah pangan hingga dikhawatrikan apabila rakyat selatan datang kesana akan menggangu komoditas di sana.

"Aku tak tahu kemana perginya dia! Lagi pula mengapa aku harus tahu? Bukankah yang mulia juga tahu bahwa aku tak pernah akur dengan istri istrimu itu"jawab Ratu ketika raja menanyainya tentang selir choi.

Siapa yang tidak tahu bahwa ratu dan para istri raja yang tersisa saat ini tidak pernah rukun satu sama lain termasuk juga sang raja. Akan tetapi Pria itu sedikit Menduga bahwa ratu tahu tentang selir choi.

Bola mata yang lebih muda menatap tajam menusuk tepat di manik elang sang raja, "Yang mulia curiga kalau aku membunuh selir choi?"tanyanya dengan kesal.

"B-bukan begitu, hanya saja sebelum selir choi hilang aku berpikir kalian cukup dekat"dia tak bermaksud mencurigai sang ratu.

Ratu memutar matanya, "kalau ku bilang tidak tahu maka tetap tidak tahu yang mulia!"ujarnya lagi memperjelas, pasalnya ia jengah terus menerus ditanyai sang raja seakan ia adalah terdakwa atas hilangnya selir choi.

"Yang mulia, aku berkata jujur jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku benar benar tidak tahu menahu tentang selir choi. Aku juga tak mengapa bila yang mulia khawatir padanya bagaimanapun dia juga masih istri yang mulia. Tetapi kesabaranku juga ada batasnya apabila yang mulia terus menerus mencurigai ku seperti ini"terangnya dengan halus.

Jemari lentiknya menarik hiasan sanggul yang tertancap digulungan rambutnya satu persatu dan menyimpannya di kotak perhiasan miliknya. Kemudian ia membuka hanbok sutra merah yang melekat ditubunya lalu menggantinya dengan hanbok tidur berwarna putih bersih.
Sang raja hanya diam tak menyahut, wajahnya berkerut seakan sangat tertekan dan terbebani, memang beberapa terakhir ini sang raja sedikit mengalami perubahan sikap, pria itu menjadi lebih pendiam mudah curiga serta sangat sering melamun tanpa sebab, kadang ratu bertanya tanya apa yang sudah mengusik pikiran sang raja sampai pria yang lebih tua darinya itu menjadi seorang yang membingungkan?.

"Yang mulia, apakah semuanya baik baik saja?"sang ratu menginterupsi, jujur ia sedikit asing dengan sifat baru sang raja.

Pria itu mengangguk, "iya. baik baik saja"jawabnya singkat.

"Jika ada masalah, ceritakan saja padaku yang mulia jangan memikirkannya sendiri, siapa tahu aku bisa membantu yang mulia menemukan jalan keluarnya" tawarnya. Mereka bukanlah orang asing, jadi sudah sewajarnya mereka berdua berbagi keluh kesah.

Raja menyemat senyum manis dibibirnya seakan mengucapkan bahwa dia baik baik saja, "akhir akhir ini tugasku sangat banyak, pikiranku penuh dengan masalah masalah istana, rasanya kepalaku ingin pecah sewaktu waktu"keluhnya seiring kakinya melangkah mendekati sang ratu yang sudah selesai memasang hanboknya.

"Aku cukup paham dengan masalah istana, ingin ku bantu?"pemuda itu memasang wajah penuh keyakinan, ia menatap penuh puja pada sang raja yang sudah berada dihadapannya.

Senyum manis itu kembali terbit diajak sang raja, ia memegang pipi sang ratu lantas mengecup dahinya, tak lupa pula dia mencuri sebuah kecupan kecil dibibir lembap istri kelimanya itu.