𝓝𝓮𝓸𝓻𝓪 : 𝓚𝓮𝓵𝓪𝓴𝓾𝓪𝓷 𝓢𝓪𝓷𝓰 𝓡𝓪𝓽𝓾

923 124 32
                                        

An : vote dulu ntar lupa loh

Sorry for typo's

Ini kayanya banyak yang kurang bagus alurnya, mohon di maklumi ya














Perjalanan menuju istana baru cukup memakan waktu yang lama, sore hari sudah menjelang namun mereka masih belum sampai padahal jarak mereka sudah sangat jauh dari istan yang lama, mereka juga sudah beberapa kali beristirahat namun itu justru membuat perjalanan semakin terasa jauh. Ditambah terik matahari yang sedari tadi menyengat membuat gerah dan panas semakin bertambah.

Pemuda yang bergelar ratu itu tak henti hentinya mengeluh kepanasan, sebenarnya ia tak akan merasa kepanasan jika saja pemuda yang ada disampingnya itu tidak menempelinya terus terusan, lihatlah pemuda ini, sedari tadi ia hanya tidur berbantalkan paha sang ratu meskipun sudah berkali kali sang ratu mendorongnya untuk menjauh tetapi tetap saja pemuda itu bersikeras menempeli sang ratu. Ibu suri juga sudah beberapa kali menegurnya walaupun tak didengarkan olehnya.

Keringat sudah membasahi kulit sang ratu, jujur hanbok ini begitu tebal dan panas, dahulu sebelum dinikahi raja tak pernah ia menggunakan hanbok setebal ini pula dengan pakaian yang dilapis didalamnya, sang ratu bahkan heran mengapa para perempuan yang memiliki kedudukan tinggi diistana tahan menggunakan pakaian tebal seperti itu, bukankah itu sama saja seperti menyiksa diri?.

Karena sudah tak tahan lagi, sang ratu beranjak dari duduknya yang membuat Sungchan hampir tersungkur dari tidurnya.

"Mau kemana nona?"tanya Sungchan ketika berhasil menyeimbangkan tubuhnya, namun yang ditanyai tak menjawab, sang ratu lebih memilih untuk keluar dari kereta kuda dan duduk disamping orang yang bertugas sebagai kusir.

"Setidaknya ajaklah aku untuk duduk disana juga"rengek Sungchan dengan cemilan manjanya.

Ibu suri menatap garang kearah sang cucu, ia begitu tak suka melihat cucunya itu bertingkah memalukan seperti itu, ia tahu bahwa pria yang dinikahi anaknya itu membawa dampak buruk bagi orang lain, namun ia tak menyangka bahwa sifat buruk dari pemuda utara itu mencemari pikiran dan tingkah laku cucunya yang beretiket tinggi dengan begitu cepat.

"Tetap diam ditempat mu Sungchan"perintah ibu suri, Sungchan mendengus tak suka, padahal baru saja ia akan menyusul sang ratu.

"Bagaimana belajarmu selama lebih dua bulan ini kau pergi?"tanya ibu suri dengan nada tegas.

"Belajar itu sama sekali tidak menyenangkan nek, aku bosan setiap hari membaca buku, bahkan ayah akan menambah jadwal belajarku lagi"ia mengadu.

"Itu karena kau tidak sungguh sungguh Sungchan, kau harus tekun mempelajarinya agar kelak kau menjadi raja yang bijak lebih dari ayahmu"ucapan ibu suri itu terdengar lebih lembut dari bada bicaranya sebelumnya.

"Tapi sekarang aku sudah tidak ingin menjadi Raja nek, aku tidak suka hidup terkurung seperti ayah"bantah Sungchan sambil melihat punggung sang ratu yang duduk membelakanginya disamping kusir.

"Jika tidak kau yang menjadi raja, lalu siapa lagi?, ayahmu hanya memilikimu"ibu suri berucap resah, barangkali karena cucunya itu dahulu sangat ingin menjadi raja namun sekarang ia malah berkata sebaliknya.

"Sudahlah, jika kau tak ingin belajar untuk dirimu, setidaknya belajarlah untuk ayahmu"tiba tiba saja ibu suri mengganti topik pembicaraan mereka.

"Aku belajar memang bukan untukku bukan pula untuk ayah, aku bersedia belajar karena paman choi"

Percakapan antara nenek dan cucu itu sebenarnya sedikit menarik perhatian sang ratu untuk mendengarkan, namun segera terlintas dibenaknya bahwa hal itu bukanlah hal yang terpuji, maka dari itu ia mencoba menulikan telinganya dan memokuskan pandangan kearah samping kiri kanannya yang dipenuhi tumbuhan rerumputan hijau.
Semilir angin yang menerpa wajahnya cukup untuk menghilangkan rasa gerah di tubuhnya, baru kali ini ia merasakan hembusan angin sejak dinikahi oleh Raja selatan, ia sangat suka angin yang berhembus seperti ini, sehingga sebuah senyuman lebar terbit di bibirnya, seiring dengan hembusan angin yang semakin terasa, semakin lebar pula senyumnya bahkan giginya sudah muncul malu malu dari katub bibirnya, ia menoleh kearah samping mengikuti arah angin yang menerpa.
Namun sayang senyumannya segera luntur kala ia membuka mata ternyata sang Raja tertampil tepat di depan pandangannya, raja itu tersenyum kecil melihat kearahnya yang berbalas dengan tatapan aneh dari sang ratu, Ratu tersebut segera memasang tampang tak bersahabatnya kemudian kembali duduk tegap menghadap jalan.
'Mengapa dia juga harus ikut duduk diluar? Kesenanganku rusak seketika melihat wajahnya yang mengesalkan itu'gerutunya dalam hati.

Neora (Jaewoo) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang