Chapter 12 Pingsan

34 11 3
                                    

Happy Reading
-
-
-
-

"Lo kemana sih kemarin? Capek gue nelpon lo, tapi nomor lo nggak aktif." Keluh Lea saat Somi sampai di kelas.

Somi terkekeh. "Kek nggak tahu gue aja lo."

"Dasar kebo. Padahal gue pengen ngajak lo main among. Njir ketagihan gue gara-gara Sam. Sam anjeng!"

"Dasar!" Somi lalu menidurkan kepalanya di atas meja.

"Njir lo baru bangun udah mau tidur lagi? Lo hibernasi apa gimana sih?" Tanya Lea mencibir.

Somi mengangkat wajahnya dengan malas. "Ck mau lo apa sih hah?"

"Lo udah bawa dasi, topi, sama almamater kan?" Somi mengangguk. Ia tidak akan mengorbankan dirinya untuk kena hukum Bu Riri.

"Kok gue jadi pengen bubur ayam Kang Asep yah?"

"Kang Asep saha? Guru baru?"

"Ck masa lo nggak tahu yang jual bubur ayam di pertigaan dekat sekolah." Somi menggeleng karena ia benar-benar tidak tahu.

"Kurang jauh main kau!"

Somi tidak peduli dan ingin menidurkan kepalanya lagi. Tapi bel tiba-tiba berbunyi yang membuat Somi terbelalak. Astaga, baru ia mau tidur.

Lea segera menarik tangan Somi untuk keluar dari kelas. Somi dengan langkah gontai mengikuti Lea yang sudah pasti mengajak Somi untuk baris di belakang agar dapat tempat teduh.

Tapi Somi lebih tinggi dari Lea sehingga nanti ia pasti akan ditarik ke depan. Menyebalkan. Kalau ada baris-berbaris ia paling benci menjadi tinggi.

Akhirnya Somi berbaris di paling depan. Dibelakangnya ada Lucy, disamping kirinya ada Bintang, dan di sebelah kanannya ada Bomin dari kelas XII MIPA 1.

Saat itu matahari bersinar cukup terik. Somi merasakan sakit di kepalanya, tapi ia hiraukan, kakinya terasa lemas, matanya kabur. Somi mencoba menggelengkan kepalanya agar bisa bertahan sampai akhir.

Dia merasa ada yang mengalir di hidungnya. Sial, dia ingusan. Somi mengusap hidungnya, tapi matanya terbelalak karena itu bukanlah ingusan biasa, itu berwarna merah.

"Soy!" Somi akan berbalik tapi kepalanya begitu berat sehingga ia langsung lunglai dan semuanya gelap.

Ia mendengar banyak orang yang panik karenanya. Somi mendengar dan merasakan semuanya, tapi ia tidak bisa membuka matanya. Rasanya ada lem yang membuat kedua matanya tidak bisa dibuka.

Somi perlahan-lahan membuka matanya. Ia melihat Lea yang langsung berdiri disampingnya dengan antusias sekaligus khawatir.

"Lo tuh kenapa sih hah? Pinter yah lo nyembunyiin semuanya dengan make up. Kenapa lo nggak bilang kalau lo sakit? Lo mau jadi orang sok kuat atau gimana?" Ucap Lea marah.

Somi tidak menjawab, ia terlalu lemas untuk menjawab pertanyaan Lea yang beruntun. Untung ada Bintang yang menariknya.

"Ck dia lagi sakit bangke!" Sam langsung menarik Lea agar tidak memarahi Somi.

"Temen lo tuh! Sok kuat!" Ucap Lea kesal melipat tangannya di depan dada.

"Iya, iya temen gue emang." Ucap Sam mengalah. Lea hanya berdecak.

FATED || (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang