Happy Reading
-
-
-
-Somi sedang belajar di ruangan belajar bersama guru lesnya. Yah gimana yah sebenarnya kepalanya masih sedikit sakit, tapi ia mencoba menghiraukannya.
"Kamu kenapa?" Tanya Stacy, guru les Somi terlihat khawatir. Dari semua guru yang di pekerjakan oleh kakeknya, Stacy adalah yang paling pengertian terhadapnya.
Stacy adalah guru muda yang cantik. Ia juga sangat pengertian dan bersahabat. Dari semua guru, Stacy adalah guru yang paling Somi idamkan.
Somi tersenyum. "Nggak kok kak."
"Kalau lagi nggak enak badan, nggak usah dipaksain!"
Somi diam. Kalau ia cancel pertemuan kali ini dan diketahui oleh kakeknya, maka kakeknya akan marah lagi. Dan Somi tidak ingin itu terjadi.
"Nggak usah cemas. Nggak cepu kok." Ucap Stacy tersenyum.
"Tapi kak."
"Gini aja deh, kita ganti jadwal pertemuannya. Bilang aja kakak ada urusan sehingga nggak bisa ngajar." Ucap Stacy yang membuat Somi tersenyum. "Yaudah kakak pergi dulu yah bye bye!"
Somi bernapas lega. Ia bersyukur kalau hari ini adalah jadwal Stacy. Kalau guru yang lain mungkin ia akan diadukan ke kakeknya. Benar-benar menyebalkan.
Somi menidurkan dirinya di sofa. Tadi di sekolah ia tidak bisa tidur, karena baru mau tidur pasti ada saja yang datang menganggunya. Tapi ia senang di sekolah, karena di sekolah adalah tempat ia membuang segala bebannya.
"Nona, ada yang datang." Ucap seorang pelayan yang membuat Somi mendengus, siapa lagi kali ini. Kenapa semua orang tidak memberikannya waktu untuk beristirahat?
"Siapa?"
"Om es klimnya Tuan Muda Kenzo."
Somi terkekeh. Ternyata nama itu sudah melekat pada para pelayannya. Tapi.... Kenapa dia kesini?
Tanpa pikir panjang ia langsung melangkahkan kakinya ke ruang tamu. Penasaran juga apa yang dilakukan Bomin kesini. Apa dia mau menjenguknya? Ahhh kenapa rasanya ia sangat senang sekarang?
"Ngapain lo kesini?" Tanya Somi lalu duduk disalah satu sofa lalu menyenderkan punggungnya.
"Lah Kenzo mana?" Tanya Bomin.
Somi kembali bangkit lalu menatap Bomin sambil menyipitkan mata. "Ngapain? Dia nggak tinggal disini."
Bomin mengernyit. "Lah kenapa?"
Somi terdiam mengatupkan bibirnya.
"Padahal gue udah beliin dia buah-buahan banyak." Ucap Bomin menatap buah-buahan yang ia bawa yang ia taruh di atas meja.
"Ck dia tinggal di apartemen sama kedua orang tuanya. Lo bisa kesana kalau lo mau." Ucap Somi entah kenapa ia merasa kesal.
"Apartemen mana?"
Kali ini Somi terdiam. Ia baru ingat kalau ia tidak tahu Vian dan Jena tinggal dimana. Oh ayolah, mereka baru beberapa hari balik dari Australia dan Somi tidak pernah menjenguk mereka.
"Lo masih sakit?" Tanya Bomin yang membuat Somi menoleh.
"Menurut lo?" Tanya Somi sewot.
"Ditanya baik-baik juga. Yaudah deh ini buat lo aja! Masa gue bertamu ke rumah orang nggak bawa apa-apa?" Ucap Bomin.
"Nggak butuh. Di kulkas gue juga udah banyak ada buah-buahan. Gue nggak butuh bekas orang." Ucap Somi menyilangkan tangannya.
Tidak. Esther tidak menerima barang bekas. Ia harus menerapkan itu dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED || (Revisi)
Teen FictionSomi tidak pernah tahu kalau takdir akan semengerikan ini. Menurut orang mungkin Somi sangatlah sempurna, tapi tidak bagi Somi, baginya hidupnya penuh dengan keburukan yang penuh akan kebohongan. Somi tidak tahu apa kesalahannya terdahulu sehingga i...