Happy Reading
-
-
-
-Somi mondar-mandir di teras rumah menunggu papanya pulang kerja. Hari ini ia sangat senang karena ia bisa kembali ke kelas MIPA 2. Ia yakin mamanya pasti sudah cerita ke papanya tentang masalah kelas yang ia ceritakan waktu di rumah sakit. Dan setelah tahu papanya pasti langsung bertindak dan memindahkannya kembali ke kelas awal.
Somi tidak tahu kalau papanya begitu peka. Tapi itu tidak penting, yang penting sekarang ia harus berterima kasih pada papanya.
Suara pagar terbuka terdengar, Somi langsung tersenyum lebar. Ia langsung menoleh ke arah mobil hitam yang berhenti de di depan teras yang Somi yakini membawa papanya.
Saat papanya keluar Somi langsung berlari lalu memeluk erat papanya.
"Thanks pa! I'm very happy now!" Ucap Somi tulus.
"Why?"
Somi melepaskan pelukannya dan tersenyum cerah. "Yah makasih aja. Makasih buat semuanya. I love you so much."
Somi tersenyum lalu berbalik ke dalam rumah dengan senyum lebar di wajahnya. Ia sampai tidak menyadari kehadiran kakeknya disana. Ia masuk ke rumah lalu memanggil mamanya.
"Maaaa papa datang! Makanannya dah siap?" Tanya Somi.
"Udah dong, cepet suruh papa sama kakek makan!"
Somi mengangguk lalu berlari lalu bergelayut manja di lengan papanya, lalu mengajaknya duduk.
"Ada acara apa sekarang?" Tanya Jason bingung karena makanan yang tersaji di meja makan begitu banyak, tidak seperti biasanya.
"Kata mama, papa tuh suka udang saos tiram, sup rumput laut, pokoknya segala makanan seafood. Jadi aku suruh koki masak ini semua. Papa sukakan?"
Kalau kalian tanya kenapa tidak Somi masak sendiri?
Tidak!
Itu sama saja membunuh orang yang akan memakannya. Somi cukup tahu diri, kalau dalam urusan ini dia dan mamanya memang tidak jauh berbeda. Bedanya Somi tahu makanannya itu berbahaya sedangkan mamanya tidak.
Akhirnya mereka berempat pun makan. Setelah makan mereka masih berada di meja makan untuk bercengkrama. Lebih tepatnya Somi yang bermanja-manja dengan papanya.
"Somi gimana sekolah kamu?" Tanya kakeknya tiba-tiba.
Somi menoleh lalu menatap kakeknya dengan perubahan raut wajah yang sangat signifikan. "Apa kakek nggak ada niatan nanya keadaan aku? Apa dimata kakek aku itu cuma mesin pencetak nilai?"
"Bukan-"
"Ah ya, aku itu kan cuma pengganti Jeya kan? Benar. Kakek tenang aja, sekarang aku udah ada di kelas yang aku suka jadi aku pasti akan lebih berkonsentrasi sekarang. Jadi kakek nggak akan malu punya cucu pengganti seperti aku."
"Sonya!" Seru Starla dengan penuh amarah.
"Kenapa? Apa aku salah? Aku sendiri yang denger dari mulut kakek kalau aku itu cuma pengganti Jeya. Kenapa mama malah belain kakek? Bahkan mama sendiri sering di rendahin sama kakek. Apa mama nggak marah?"
"Sonya, kamu nggak boleh ngomong seperti itu sama orang tua!" Ucap papanya.
Somi yang sudah terlanjur emosi lalu berdiri. "Terserah! Aku mungkin bisa nerima mama, nerima papa, tapi kakek...... Aku juga nerima. Tapi bukan sebagai Kakek Sonya tapi sebagai Kakek Jeya. Aku akan berusaha dapat nilai bagus terus tapi kakek harus janji! Selama nilai aku bagus jangan campuri hidup aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED || (Revisi)
Teen FictionSomi tidak pernah tahu kalau takdir akan semengerikan ini. Menurut orang mungkin Somi sangatlah sempurna, tapi tidak bagi Somi, baginya hidupnya penuh dengan keburukan yang penuh akan kebohongan. Somi tidak tahu apa kesalahannya terdahulu sehingga i...