Happy Reading
-
-
-
-Somi perlahan membuka matanya. Samar-samar ia melihat ruangan serba putih. Kedua tangannya rasanya sangat sakit dan ngilu.
"Soy lo dah sadar?!"
Itulah kalimat pertama yang ia dengar, itupun samar-samar. Ia merasa kerongkongannya kering, tubuhnya terasa kaku, dan penglihatannya kabur.
"Gue udah panggil dokter."
Saat penglihatan Somi sudah tidak kabur, ia melihat Lea, Sam, dan Lucy disana. Apakah Tuhan berbaik hati memberikan malaikat menyerupai mereka padanya atau mereka ikutan bunuh diri seperti dirinya? Lalu dimana Jeya?
Akhirnya Somi mencoba membuka mulut. "Lo bunuh diri juga?" Tanya Somi dengan suara begitu lemah.
Plakkk
"Heh dia baru sadar!" Seru Lucy.
"Habisnya kesel gue sama nih anak. Masa dia nanyain gue tentang bunuh diri." Ucap Lea setelah berhasil memukul kening Somi.
"Kalau lo pukul nanti dia gegar otak, terus otaknya yang udah seperempat jadi habis gimana?"
"Baguslah, biar otaknya hilang sekalian. Emang apa sih yang dipikirin dia sampai mau bunuh diri? Mau setertekan apapun, bunuh diri bukanlah jalan keluarnya." Ucap Lucy.
Sam menyipitkan matanya menatap Lucy. "Lo, ckckckckck kemarin siapa yang terus nangis karena Sonya nggak sadar-sadar? Dan jika Sonya mati akan ikut mati."
Lucy langsung menabok Sam keras tanpa tanggung-tanggung yang membuat Sam meringis penuh drama.
"Itu Lea bangke!"
Lea mendelik. "Gue aja terus."
"Sama ae lo berdua bangke!" Kesal Sam yang membuat Lea dan Lucy mendengus.
"Udah sadar ternyata si otak pendek. Apasih yang ada dipikiran seorang Sonya Amira sampai mau melakukan hal seperti ini?" Tanya seseorang saat pintu terbuka lalu berjalan mendekat ke arah Somi.
Somi langsung bingung harus berbuat apa. Itu adalah Vian, kakaknya. Kenapa ia waktu itu begitu kalut hingga berpikiran untuk bunuh diri? Sekarang harus bagaimana dia menghadapi kakaknya.
"Kamu pikir semua masalah akan selesai kalau mati? Enggak Soy, yang ada semua masalahnya akan semakin besar dan orang yang sayang sama kamu akan menderita." Ucap Vian sambil memeriksa keadaan Somi.
Somi hanya bisa diam mengatupkan bibirnya. Benar kata Vian, kenapa ia kepikiran untuk bunuh diri waktu itu? Apa dia tidak kasihan dengan orang terdekatnya? Kenapa dia berpikir begitu sempit dan kalut? Kenapa dia tidak belajar dari kesalahan Jeya yang membuat Somi menderita saat kehilangannya? Apa ia tidak pernah memikirkan perasaan kakaknya yang hampir kehilangan dia adik? Betapa hancurnya dia kalau itu benar terjadi?
"Untung kamu cepat dibawa ke rumah sakit dan mendapatkan penanganan cepat. Kalau enggak mungkin kamu sadar dengan tangan buntung paling buruk kamu sadar dengan api neraka disekeliling kamu."
"Njir ngeri kali, emang bener kek gitu Kak?" Tanya Sam tapi tidak dihiraukan oleh Vian.
"Gimana keadaan Sonya Kak? Apa udah sehat?" Tanya Lucy setelah Vian memeriksa keadaan Somi.
"Dia udah sehat, tapi mentalnya sakit. Ia memiliki gangguan kecemasan berlebihan dan kurang bisa mempercayai orang lain." Vian lalu menoleh ke arah Sam. "Kenapa dia bisa kek gini?"
Sam terbelalak. "Sumpah Kak gue nggak tahu apa-apa! Setiap gue mau bicara sensitif pasti gue suruh dia tenangin diri dulu biar nggak ngambil keputusan yang gegabah dan mengurangi kepanikannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED || (Revisi)
Teen FictionSomi tidak pernah tahu kalau takdir akan semengerikan ini. Menurut orang mungkin Somi sangatlah sempurna, tapi tidak bagi Somi, baginya hidupnya penuh dengan keburukan yang penuh akan kebohongan. Somi tidak tahu apa kesalahannya terdahulu sehingga i...