Chapter 31 Memilih

36 7 7
                                    

Happy Reading
-
-
-
-

Somi masih bercanda ria di dalam ruang rawatnya bersama Lucy, Lea, Sam, dan Jena. Lebih tepatnya sih membully Sam.

Sampai pintu terbuka dan semua orang langsung terdiam. Starla masuk dengan Kenzo dan seorang lelaki paruh baya dengan wajah dinginnya. Pakaian serba hitam tanpa memakai jas membuat suasana ruangan suram. Entah kenapa suasana jadi terasa mencekam daripada tadi.

"Sonya ayo pulang!" Ucap Starla yang masih menggendong Kenzo.

Semua orang terdiam merasakan aura dingin yang terpancar dari papa Somi yang bernama Jason Esther. Somi tahu kalau papanya itu sangatlah jarang tersenyum jangankan pada orang lain, pada Somi saja jarang.

Tapi Somi tidak pernah bisa marah pada Jason. Kenapa? Karena dulu dibandingkan mamanya yang dulu Jason jauh lebih peduli padanya.

Jason memang jarang tersenyum dan jarang di rumah. Tapi saat hari-hari penting ia akan menyempatkan diri untuk ke rumah. Kalaupun tidak bisa dia akan menelpon Somi.

Walau begitu Somi tidak pernah merasa begitu dekat dengan Jason. Yang dia tahu papanya hanya tidak sedingin luarnya.

"Sonya."

Walau Somi dan Jason adalah ayah dan anak. Tapi aura Jason hampir sama dengan Farhan kakeknya. Bahkan lebih mengerikan. Siapapun yang berada di dekatnya mungkin merasakan kehilangan oksigen.

Btw tentang kakeknya. Kakeknya sama sekali tidak pernah menjenguknya di rumah sakit. Somi juga tidak mau tahu. Ia marah pada kakeknya karena disebut pengganti Jeya. Walau Somi tidak tahu apa dia bisa marah pada kakeknya kalau ia berhadapan langsung nantinya.

Tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Vian dengan jas putihnya. Somi tidak berani mendongak. Ia yakin bahkan aura Vian sekarang berubah.

"Ngapain anda kesini?" Tanya Vian dengan suara rendah yang membuat merinding.

"Vano." Ucap Jason dengan suara rendahnya.

"Cih tidak ada yang namanya Vano, Vano udah mati 7 tahun lalu."

"Vano jangan-"

"Berhenti membawa nama bajingan brengsek itu dihadapan saya! Disini hanya ada Vian." Ucap Vian tajam, rendah, penuh tekanan.

"Jaga ucapan kamu sama mama kamu!" Ucap Jason penuh tekanan.

Vian mendengus sinis. "Mama? Saya sudah tidak punya mama, papa, atau kakek. Yang saya punya hanya adik. Dan sekarang saya akan menariknya ke sisi saya."

"Apa maksud kamu?"

Vian tersenyum. "Sonya akan tinggal dengan saya."

"Apa hak kamu mengambil Sonya?"

Vian terkekeh. "Hah? Anda menanyakan hak saya? Tentu saja saya berhak. Saya kakaknya, keluarga satu-satunya. Saat dia ditelantarkan maka saya akan datang menjemputnya."

"Jaga ucapan kamu!"

"Sayang-" Jena mencoba menenangkan Vian tapi tangannya langsung ditepis oleh Vian.

Somi masih tertunduk, Starla sudah menangis tanpa suara, Kenzo sudah memeluk Lucy ketakutan dan Lucy segera membawanya ke toilet, jalan satu-satunya yang ia punya saat ini. Sedangkan Sam dan Lea hanya terdiam terjebak dalam situasi ini.

"Vian kamu-"

"Berhenti bicara bi! Ini adalah urusan aku sama lelaki bejat ini. Yang bahkan tidak menangis di pemakaman anaknya."

FATED || (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang