Chapter 47 Birthday

44 9 5
                                    

Happy Reading
-
-
-
-

Hari ini tanggal 15 Desember, dimana itu merupakan hari ulang tahun seorang Sonya Amira Aquilla Esther. Dan untuk merayakannya maka diadakan pesta besar-besaran di sebuah gedung megah di pusat kota.

Acaranya dilaksanakan di sebuah gedung yang sudah di sewa secara keseluruhan oleh keluarga Esther beserta staf-stafnya.

Di dalam gedung sudah di dekor dengan sangat indah. Di dominasi warna merah, pink, dan putih. Sangat sesuai dengan warna kesukaan Somi. Ornamen-ornamennya juga terlihat sangat cantik, mewah, dan elegant. Tidak lupa dengan hiasan berbagai jenis bunga yang lebih di dominasi dengan mawar merah.

Para hadirin sudah mulai bermunculan. Mulai dari para remaja yang tak lain dan tak bukan adalah teman-teman Somi. Para pengusaha yang merupakan kolega papa dan kakeknya. Dan para selebriti terkenal yang merupakan teman-teman mamanya.

Walau di lihat sekilas saja pesta itu terlihat sangat mewah dan megah. Seperti pesta ulang tahun anak konglomerat pada umumnya. Bisa dibilang para tamu undangannya hanyalah orang-orang dari kalangan atas saja. Melihat dari pakaian glamour yang mereka gunakan dan banyaknya mobil merek terkenal yang harganya fantastis di luar gedung atau di dalam basement.

Sekarang mereka hanya tinggal menunggu pemeran utamanya malam ini. Sonya Amira Aquilla Esther. Yang entah kenapa belum memunculkan batang hidungnya juga.

"Soy para tamu udah nungguin lo." Ucap Lucy entah sudah keberapa kalinya tapi tidak pernah dihiraukan.

"Jangan kek anak kecil kenapa? Yuk cepet! Biar acaranya cepet selesai." Ucap Sam membujuk.

Somi menekuk wajahnya. "Tapi Bomin belum datang."

"Aelah nih anak, mentang-mentang udah jadian jadi bucin kagak ketulungan." Ucap Lea menoyor kepala Somi.

Somi tidak peduli, ia hanya bersidekap. "Kalau Bomin belum datang gue nggak mau turun."

Ketiga sahabatnya sampai frustasi melihat saking bucinnya Somi pada Bomin. Padahal mereka pikir Somi akan seperti biasa setelah jadian, dan Bomin yang bucinnya akan semakin parah. Eh sekarang semuanya terbalik. Dunia benar-benar tidak bisa ditebak.

Tapi dulu Bomin ngebucinnya ngotak. Tahu tempat dan tahu suasana walau nggak tahu diri. Tapi Somi beda, udah bucin, nggak ngotak, keras kepala lagi. Bikin pusing saja.

"Soy lo nggak kasihan sama tamu-tamunya? Mereka pasti udah bosen karena acaranya nggak di mulai-mulai. Dan itu hanya karena lo." Ucap Lucy memberi pengertian.

"Masa bodo."

"Astaga nih anak, untung lagi ultah. Kalau enggak udah gue bejek-bejek lo biar jadi peyek." Ucap Lea yang sudah berada di ambang batas kesabarannya.

"Nih lihat! Nggak diangkat." Ucap Sam menunjukkan layar ponselnya yang sudah menunjukkan kalau ia menelpon Bomin lebih dari 20 kali tapi tidak ada yang menjawab.

Somi jadi semakin cemberut.

"Mungkin dia udah di bawah nunggu."

"Iya, terus ponselnya mati jadi nggak bisa kesini karena nggak tahu kalau lo nungguin dia." Ucap Lea menambahkan kalimat Lucy. Harap-harap Somi bisa mengerti.

"Ck iya iya bawel." Ucap Somi kesal lalu berdiri yang membuat ketiga sahabatnya bisa bernapas lega.

Akhirnya setelah hampir dua jam duduk seakan ada lem yang sangat kuat yang menyatukan pantat Somi dan kursi. Sekarang akhirnya terlepas juga.

Sam lalu membantu Somi berjalan karena gaun Somi benar-benar terlihat seakan dia akan mengadakan acara pernikahan.

Somi hanya menurut saja. Panas juga telinganya mendengar ocehan tiga orang bawel yang tidak henti-hentinya bicara sejak tadi.

FATED || (Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang