Happy Reading
-
-
-
-Somi berjalan sendirian ke kantin. Ini sudah beberapa hari sejak pertengkarannya dengan Lea. Banyak gosip yang sudah tersebar tentang itu. Tapi tidak ada yang angkat bicara.
Somi juga berubah 180 derajat dari biasanya. Somi yang biasanya tersenyum ceria sekarang hanya tersenyum tipis terkadang tidak menampilkan ekspresi apapun.
Hal itu membuat semua orang menganggap Somi semakin jauh tidak dapat tersentuh atau didekati.
Di kelas XI MIPA 1 juga ia tidak diterima dengan cukup baik. Somi tahu pasti banyak dari mereka yang membicarakan Somi melakukan cheating dengan kekuasaan keluarga.
Kalau mereka pikir Somi akan peduli dengan omongan mereka. Mereka salah. Untuk apa juga ia mengurusi hal yang tidak penting seperti itu. Toh mereka tidak tahu apa-apa. Hanya bisa menghakiminya secara sepihak. Kalau pun Somi mengklarifikasi masalah, Somi tidak akan mendapatkan apa-apa. Jadi lebih baik diam tanpa perlu menguras tenaga kan?
Brakkkk
Somi terkejut saat seseorang menabraknya yang mengakibatkan baju Somi kotor terkena es jeruk.
"Ehh sorry sorry" Somi mendongak begitu juga dengan orang yang menabraknya. Mereka saling tatap.
Somi mengatupkan bibirnya dan meremas roknya. Ia lalu tersenyum tipis. "Nggak apa-apa."
"Eh Sonya-"
Rasanya Somi ingin menenggelamkan diri sekarang juga saat Dheya menahan tangannya. Entah kenapa tubuh Somi menjadi kaku dan bergetar. Gambaran masa lalu kembali menghantuinya. Detak jantungnya juga tidak beraturan. Dadanya terasa sesak.
"Sonya-"
"Ck lo gimana sih? Kok jalan bawa minuman nggak hati-hati? Lihat kan? Tubuhnya jadi gemetar karena dingin."
"Yah gue kan dah minta maaf."
Somi mendongak saat seseorang menyampirkan jaket di pundaknya. Ada perasaan de javu saat jaket itu tersampir dibahunya. Seperti ia pernah mengalaminya.
Tepat saat itu juga orang itu menoleh dan membuat pandangan mereka saling bertemu. Saat itu juga Somi tersentak.
Bomin tersenyum. "Lo bawa baju cadangan?"
Somi diam tidak mampu menjawab. Ia terlalu syok dengan semua yang terjadi. Dheya? Bomin?
"Gue anterin nyari di loker lo yah?"
Bomin segera menuntun Somi pergi. Somi yang otaknya masih nge-stuck hanya ikut saja. Sedangkan Dheya masih diam dengan wajah cemberut.
Somi baru saja selesai ganti baju. Ia lalu keluar dan ternyata masih ada Bomin yang menunggunya di depan toilet wanita. Padahal Somi berharap Bomin sudah pergi.
Sejak kejadian waktu itu, Somi sudah menarik dirinya dari kehidupan sosialnya. Tidak ada lagi saling menyapa atau apa. Yang ada hanyalah Somi yang pendiam.
"Ngapain lo masih disini?" Tanya Somi dingin.
"Nungguin lo."
Somi mendengus lalu melangkah. "Kurang kerjaan."
"Kan gue udah pernah bilang, setelah resmi pensi jadi ketua OSIS gue dah nggak punya kerjaan."
"Hubungannya sama gue?"
Bomin menggaruk belakang kepalanya. "Nggak ada sih. Gue cuma mau bayaran karena udah nolongin lo tadi."
Somi menghentikan langkahnya, ia tidak habis pikir dengan apa yang ada dipikiran Bomin. Dia terlalu sulit ditebak.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATED || (Revisi)
Teen FictionSomi tidak pernah tahu kalau takdir akan semengerikan ini. Menurut orang mungkin Somi sangatlah sempurna, tapi tidak bagi Somi, baginya hidupnya penuh dengan keburukan yang penuh akan kebohongan. Somi tidak tahu apa kesalahannya terdahulu sehingga i...