Part 7. Cuai!

11.7K 957 14
                                    

Di pagi hari yang cukup cerah, gadis berwajah oval itu sibuk mencari sebuah atribut sekolah yang biasanya dipakai hanya di hari Senin.

"Aduuh, di mana sih topinya..!" geramnya kesal.

Ares yang sedari tadi mengamati gadis itu nampak menggeleng-gelengkan kepalanya. "Biar kubantu." ujar Ares beranjak dari duduknya.

Atika tak menghiraukan ucapan Ares, yang ada ia semakin mondar-mandir tak jelas.

Ares langsung mendekati lemari baju milik Atika. Melihat itu Atika langsung berseru. "Ehhh Om! Mau ngapain?!" cegahnya.

"Ya mau bantu cari lah. Apa lagi?" sahut Ares santai, lalu menyingkirkan tubuh Atika yang menghalanginya.

Dibukanya lemari Atika dengan cepat. Mata Ares langsung terbelalak begitu melihat tumpukan pakaian dalam milik gadis itu. Secepat kilat Atika mendorong Ares mundur lalu menutup lemarinya.

"Kan...?!" geram Atika malu. "Sudahlah Om jangan buka-buka lemari Atika lagi!"

Ares kembali maju dan menyingkirkan tubuh gadis itu. "Memangnya tidak boleh melihat pakaian dalam istri sendiri?" ujarnya sembari membuka lemari Atika kembali dan mencari-cari sebuah benda yang sedang dicari gadis itu di tumpukan pakaian dalam.

"Nah, ini apa?" kata Ares begitu menemukan topi sekolah Atika.

Atika menatapnya heran, "Loh? Kok---" ucapannya terpotong oleh tingkah Ares yang seenaknya menjulurkan topi itu pada wajahnya.

"Jangan banyak bicara. Cepat turun! Kita sarapan, keburu siang." ujar Ares sebelum berlalu meninggalkan Atika.

Sementara Atika di tempatnya masih merasa bingung. Seakan tersadar pada waktu, ia berlari mengejar langkah Ares menuju meja makan untuk sarapan.

"Beneran deh Om! Semalem udah Atika siapin di atas tas sekolah. Tapi kenapa bisa ada di lemari lagi sih..?" Atika masih berusaha meyakinkan Ares meski dirinya sendiri masih merasa bingung.

"Jadi menurutmu topinya jalan sendiri, membuka lemari terus masuk ke dalamnya, begitu?" sahut Ares. "Sudahlah, Atika... Jangan kebanyakan bengong. Lebih baik kamu sarapan cepat, ini sudah jam setengah 7."

Atika langsung terbelalak kaget, "APA?!! Jam setengah 7?!" teriaknya sebelum cepat-cepat memakan sarapannya.

***

"Salip Om salip!" seru Atika pada Ares yang kini sedang mengendarai mobilnya menuju sekolah.

Ares yang sedari tadi mendengar kecerewetan Atika hanya diam untuk tetap mendapatkan fokusnya dalam berkendara. Sudah begitu siang, akan semakin panjang jika ia meladeni gadis itu.

"Om! Atika mau diskusi nih," ujar Atika tiba-tiba terdengar serius, membuat Ares menoleh ke arahnya sekilas.

"Diskusi apa? Jangan ngaco saat sedang berkendara. Jangan buat aku kaget." himbau Ares tetap fokus ke depan.

"Iya, iya." sahut Atika cepat. "Atika cuma bingung kalau ada temen yang nanya Atika tinggal sama siapa di sini. Atika harus anggep Om apa-an ke temen-temen?"

Otak Ares langsung berputar, ia sendiri tidak sempat memikirkan hal itu. Bagaimana bisa ia mengabaikan urusan sekolah gadis yang sudah ia nikahi? Pasti tidak mudah bagi Atika menjalani sekolah dengan statusnya yang sekarang. Sebisa mungkin gadis itu harus menjaga rahasianya agar tidak menjadi gunjingan kawan-kawannya.

"Bilang saja aku ini Abang kamu,"

"Loh, Abang? Jadi kalo ada temen-temen, aku manggil Om abang?"

Ares menghela napasnya, lagi-lagi ia nampak bodoh di depan gadis itu. "Baiklah, Om saja kalau begitu." putus Ares lemas. Lagi, ia memberi kesempatan pada lidah gadis itu untuk semakin terbiasa dengan panggilan menyebalkannya.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang