Part 53. Keputusan Haris

9.2K 801 156
                                    

Assalamu'alaikum...

Akhirnya bisa up. Alhamdulillah.

Terimakasih ❤

•••

Beberapa hari terlewati, Atika menjalani rutinitas sekolahnya dengan tenang. Meski ia masih sering mendapati bullying berupa verbal--yang untungnya sejauh ini ia tidak mendapati kekerasan fisik, tetapi Atika bahkan kerap tersenyum setelah menghadapinya. Bukan tanpa sebab, ia merasa hatinya lebih dikuatkan akhir-akhir ini terlebih setelah melewati malam-malamnya dengan bermunajat. Atika berharap ia istiqomah dalam hal ini untuk kedepannya. Rasanya lebih tenang saja saat benar-benar menyerahkan semuanya pada Sang Kuasa. Atika yakin tidak akan kecewa bila ia menggantungkan harapan pada-Nya.

Terlepas dari itu, Atika juga cukup mendapat dukungan serta perlindungan dari Silvi. Sahabatnya itu seolah menjadi tameng untuknya di saat ia mendapati berbagai perkataan tak mengenakkan. Atika cukup bersyukur dengan hal itu meski akhirnya ia harus membocorkan semuanya pada Silvi. Pada dasarnya ia juga berniat mengatakan kebenarannya pada sahabatnya itu, terlebih setelah mendapati pengorbanan gadis itu yang tak bisa dibilang kecil. Pengorbanan yang semakin menguatkan rasa sayangnya pada Silvi.

Dan hari ini, sesuai perkataan Silvi tempo lalu yang berencana mengunjungi rumahnya seusai UAS, Atika akhirnya akan membawa sahabatnya itu ke rumah. Tidak lain dan tidak bukan hanya untuk memuaskan rasa penasaran Silvi pada om-nya yang awalnya dia pikir botak ternyata begitu tampan menggoda iman, katanya. Setelah tujuan utama ingin tahu tempat tinggalnya.

"Aku baru sadar kalau kamu bawa paperbag, Sil." ujar Atika saat mereka berjalan di area parkir.

Silvi cengengesan tidak jelas, yang membuat Atika mengernyitkan dahi seketika.

"Ini kado buat pengantin baru," jawab gadis itu tanpa membuang ekspresi tak jelasnya itu. Atika pun langsung berdecak.

"Ampun deh, Sil. Nggak usah repot-repot, kali. Lagian aku juga udah lama nikahnya."

"Ya, ya, ya, terus kapan ngasih aku ponakan?"

Atika sontak mendelik. "Jangan bicara macam-macam! Atau aku sumpel tuh mulut pake serbet!" tudingnya tajam. Bukannya takut, Silvi justru terkekeh.

"Seminggu biasanya berapa kali kamu, Beb?"

Lagi? Silvi benar-benar bosan hidup!

Cukup tidak tahan, Atika tak membuang waktu untuk menyerang. Pukulan ringan seketika mendarat di perut milik Silvi. Tangannya bahkan bergerak menyerang bertubi-tubi bagaikan petinju handal yang tak tertandingi. Silvi menerimanya dengan gelak tawa. Namun, tetap kedua tangannya berusaha menghalangi serangan petinju abal-abal di hadapannya itu.

"Atika stop!" Silvi bersuara di sela tawa. Namun, Atika masih terus membabi-buta.

"Nggak! Kamu pantes dapetin ini. Nih rasain!"

"Atika...Stop! Ada Haris."

Gerakan Atika terhenti seketika. Ia menatap wajah Silvi meminta penjelasan. Mendapati Silvi menunjuk sebuah arah dengan pandangan, lantas Atika menggerakkan kepalanya ke belakang mengikuti arahan Silvi. Di sanalah terdapat seorang Haris yang sedang berdiri melempar senyum, menatap ke arah mereka.

Atika bergerak membalikkan tubuh seutuhnya ke arah Haris. Berdiri kikuk, ia pun menggaruk tengkuk lalu menyikut pinggang Silvi pelan.

"Kenapa kamu nggak bilang dari tadi kalau ada Haris?!" bisiknya dengan gigi terkatup rapat.

"Aku mau bilang, tapi kamu terus-terusan mukulin aku." balas Silvi dengan gaya yang sama.

Melihat Haris berjalan mendekat, kedua gadis itu pun melempar senyum kikuk. Haris membalas dengan senyuman khasnya.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang