Part 40. Skenario Allah

5.9K 762 36
                                    

Bismillah.

Selamat membaca 💖

____

Atika cukup lama dalam kondisi tercengang hingga Rahayu merasa tak enak hati.

"Ah, maaf, Atika. Mama tidak bermaksud menanyakan hal pribadi seperti itu. Maksud mama, mama hanya ingin kamu membantu Ares untuk sembuh." terangnya merasa bersalah. "Maafkan mama, Atika."

Atika langsung menggelengkan kepalanya. "Mama nggak perlu minta maaf." jawabnya menyentuh lembut punggung telapak tangan sang ibu mertua. "Atika yang harusnya minta maaf karena belum bisa bantu Om Ares buat sembuh."

Rahayu mengerjapkan mata. "Om?" kagetnya. "Kamu panggil Ares dengan sebutan Om?" tanyanya begitu tak percaya. Atika sendiri yang mendapati kesalahannya langsung memasang wajah panik.

"Ah, maksud Atika, m-mas. Ya, m-mas Ares, Ma. Mas Ares!" ralatnya tak bisa menyembunyikan rasa gugup.

Rahayu justru tertawa. "Apakah Ares setuju-setuju saja kamu panggil begitu, Atika? Ya Allah ... mama sampai nangis ini karena ketawa."

Setuju. Lebih tepatnya terpaksa, sih. Atika meringis miris menyadari jawabannya yang ia ucapkan dalam hati.

"Jangan, jangan sampai kamu membongkar hal ini di depan adik-adik om suamimu itu ya? Kalau tidak, Ares akan begitu malu bahkan mungkin bisa marah hingga mengeluarkan tanduknya." lanjut Rahayu penuh dengan tawa.

Atika semakin meringis miris menyadari hal itu. Ia sendiri merasa begitu takut saat membayangkannya. Ia tahu, ketiga adik Ares yang semuanya adalah laki-laki itu sungguh begitu jahil. Terakhir kali bertemu saat hari pernikahannya dengan Ares juga ia digoda habis-habisan oleh ketiganya yang begitu kompak akan hal itu. Terlebih ia yang paling muda diantara mereka. Sudah pasti begitu empuk untuk menjadi sasaran kejahilan.

"Mama janji, mama bakal jaga rahasia." entah kenapa wanita yang usianya mungkin hampir memasuki 60 tahun itu masih terus saja menunjukkan tawa gelinya. Atika hampir memberengut karena tidak bisa menyangkal perkataannya sedari tadi.

Sedikit menyadari perihal usia ibu mertuanya, Atika bertambah yakin kalau kedua orangtua Ares begitu menanamkan pola hidup sehat. Wanita yang seharusnya sudah menjadi nenek itu terlihat begitu berigas dan bersemangat dalam tawanya meski keriput tampak tak bisa wanita itu tutupi di beberapa tempat.

Setelah cukup bisa mengontrol diri, Rahayu menatap Atika dengan sisa-sisa tawa gelinya. "Atika, mama tidak menyangka kalian begitu cocok."

Atika langsung tertegun.

Cocok? Benarkah?

Sebenarnya Atika merasa belum menemukan letak kecocokkan pada diri mereka meskipun ia memang tak menyangkal kalau dirinya menyukai pria itu sekarang.

Diam-diam Atika mengangkat sudut bibir, sedikit.

"Sebenarnya, ibu kamu sering kali bercerita banyak hal tentang kamu, Atika." ujar Rahayu tiba-tiba menerawang jauh ke masa lalu. "Beliau selalu mengatakan kalau kamu itu anak yang baik, meskipun sedikit susah diatur." lanjutnya terkekeh pelan.

Atika kembali menampakkan ringisan mirisnya begitu mendengar hal itu. Karena ia juga merasa kalau dirinya memang susah diatur.

"Tapi ibu kamu selalu menceritakan semua hal tentang kamu dengan begitu bersemangat dan penuh senyuman. Membuat mama ikut penasaran dengan sosok gadis yang diceritakan beliau." terangnya. "Dan mama langsung percaya dengan kata-katanya setelah melihatmu untuk yang pertama kali, saat prosesi pemakaman beliau." lanjutnya berakhir menatap sang menantu.

Atika sendiri tak bisa melewatkan cerita bermakna dari sang ibu mertua. Ia begitu memperhatikannya.

"Sadar tidak sadar, mama memang sudah berniat menjodohkan kalian sejak lama. Dan alhamdulillah Allah mengizinkan." tutur Rahayu tersenyum.

Atika hampir tak percaya pada pendengarannya. Seolah semua memang sudah digariskan oleh Sang Maha Pemilik Skenario, ia tidak bisa lari kemana pun karena memang ini takdirnya.

Nyatanya sampai detik ini Atika juga tidak pernah ingin berlari kemana pun. Bahkan kini ia merasa tidak ingin jauh dari sang suami. Atika tidak pernah peduli Ares akan sembuh atau tidak. Yang jelas, ia harus bersama dengan pria itu sampai maut memisahkan dan bahkan berharap dipertemukan kembali di tempat yang indah nan kekal.

"Atika, mama minta maaf karena mungkin Ares sudah menyusahkanmu selama ini." sambung Rahayu lagi membuyarkan lamunan gadis yang ditatapnya.

Atika langsung menatap Rahayu. "Enggak, Ma, sungguh! Om Ares begitu baik selama ini sama Atika. Atika bahkan merasa beruntung sudah menikah dengan laki-laki seperti Om. Ah, maksud Atika M-mas Ares." ralatnya benar-benar merutuki mulutnya yang sering kali tidak bisa dikontrol. Bahkan tak sadar telah salah sejak memulai kalimat kedua.

Rahayu terkekeh kecil mendapati Atika yang belum bisa move on dengan panggilan itu. "Tidak apa jika memang kamu terbiasa memanggilnya Om. Tapi Mama selalu ingatkan kamu untuk tidak memanggilnya begitu saat di depan Albi, Reyhan, dan Putra. Kamu tahu sendiri mereka begitu suka menggoda."

Atika mengangguk mengerti.

Rahayu lantas meraih tangan kiri Atika dan menggenggamnya dengan kedua tangannya penuh kasih sayang. "Berjanjilah pada mama, apa pun yang terjadi, jangan tinggalkan Ares." tuturnya dengan begitu sungguh-sungguh.

Atika membalas kesungguhan itu dengan tatapan kesungguhan yang sama di kedua bola matanya. Lantas, ia mengangguk memberi jawaban.

*****

Maaf sedikit, badanku lagi capek soalnya.

Aku usahain up untuk diriku sendiri biar makin semangat lanjutin.

Terimakasih buat yang sudah mau membaca, bahkan memberi vote maupun komen 🙏

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang