Part 31. Menghilang

7.1K 719 75
                                    

Bismillah...

Selamat membaca. ❤️

°°°

Bel istirahat pun berbunyi. Begitu guru keluar kelas, Atika langsung merogoh laci meja Silvi untuk mencari sesuatu.

"Nyari apa kamu, Atika!" sentak Silvi curiga.

Atika hanya menyengir, kemudian menjawab dengan jujur. "Bekal dari Haris."

Sontak Silvi berdecak. "Tadi aja, di depan Haris sok pura-pura nolak!"

Tanpa rasa malu, Atika semakin cengengesan tidak jelas. "Sebenernya aku belum sarapan, Sil. Soalnya ART di rumah lagi pulang kampung."

"Terus kenapa tadi bilang udah sarapan ke Haris?" tanya Silvi heran.

"Ish! Kamu nggak tahu? Itu bukti kalo aku emang selalu berusaha menghindari Haris selama ini. Tapi dengan gampangnya kamu malah nerima pemberiannya!" Atika mendecak, pura-pura sebal.

Bola mata Silvi sampai melebar menatap Atika tak percaya. "Helloow! Pada akhirnya kamu juga yang makan."

Mendapat cibiran semacam itu, Atika hanya kembali memperlihatkan cengirannya sebelum lanjut beraksi. Dan tak lama akhirnya ia berhasil meraih kotak bekal Haris yang ternyata posisinya berada di pojok kiri. Jauh sekali dari jangkauannya. Ia pun langsung tersenyum lebar hingga meletakkan kotak itu di atas meja tepat di hadapannya.

Tanpa menunggu lama lagi, Atika buru-buru membuka tutupnya dan ... tadaa! Tampaklah beberapa potong roti bakar yang terlihat begitu menggiurkan.

Reflek Atika menghirup aromanya dalam-dalam. Mengisi rongga parunya terlebih dahulu dengan aroma makanan yang akan disantapnya.

"Dasar, lebai!"

Kembali mengabaikan cibiran Silvi, Atika hendak mencomot makanan di depannya dengan begitu bersemangat. Namun, tangan Silvi tiba-tiba menghentikan aksinya.

Atika pun langsung menoleh menatap teman sebangkunya itu. "Kenapa? Mau?" tanyanya meledek.

Silvi hanya menggeleng datar, kemudian mendekatkan diri dan berbisik, "Haris lagi liatin kamu."

APA???

Tidak, tidak, tidak, Atika tidak tuli. Jelas ia mendengar apa yang Silvi ucapkan, tapi--, apa sih, kenapa begitu bodohnya ia yang tidak melihat situasi terlebih dahulu?! Jelas-jelas Haris belum keluar kelas!

Oh Allah...

Malunya sampai ke ubun-ubun! Ingin rasanya Atika menghilang saat ini juga!

***

Atika pulang ke rumah dengan lesu. Bukan hanya karena tidak bersemangat, tapi ia juga merasa lapar.

Sudah separuh hari perutnya hanya diisi dengan roti bakar pemberian Haris dan seporsi soto ayam kantin. Ternyata perutnya tidak cukup kenyang hanya dengan makan itu. Dan Atika baru sadar kalau porsi makannya sekarang cukup banyak.

Tanpa berpikir lama, Atika bergegas menuju dapur untuk memasak nasi. Tadi pagi ia kesiangan jadi tidak sempat memasaknya. Padahal masak nasi di zaman sekarang begitu mudah dan cepat. Hanya perlu menaruh beras yang sudah bersih pada alat penanak nasi elektrik, setel untuk memasak, beres. Tinggal tunggu matang saja. Sayangnya, pagi tadi ia benar-benar tidak sempat karena terlalu sibuk memperingatkan Ares untuk menjaga jarak. Namun, dari kejadian pagi tadi Atika mendapat satu pelajaran penting. Bahwa, 'banyak bicara ternyata mampu membawa dampak buruk'. Atika sungguh menyesal telah melakukannya.

Embusan napas panjang keluar dari bibir mungilnya setelah selesai menaruh beras pada penanak nasi. Kemudian gadis berwajah oval itu pun naik ke lantai atas untuk meletakkan tas dan mengganti seragam.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang