Part 30. Dilabrak

6.9K 666 16
                                    

Assalamu'alaikum..

Happy Reading!

°°°

"POKOKNYA MULAI MALAM INI PERATURAN DIPERKETAT. OM NGGAK BOLEH LEWATIN BATAS INI!! SESENTI PUN!" teriak Atika menunjuk guling yang berada di antara dirinya dan Ares.

Wajah Ares nampak tetap santai. "Kalau setengah senti?"

"Tetap TIDAK BOLEH!"

"Satu mili?"

"TIDAK!!"

"Setengah mili??"

"TIDAK BOLEEEHH!!!"

Ares mengerjapkan matanya, berpikir. "Bukannya yang biasanya meluk guling juga kamu? Dan itu menjelaskan kalau kamu yang suka lewatin batas."

Skakmat!

Atika bergeming sesaat, namun ia sesegera mungkin mengembalikan harga dirinya. "Kalau Atika tidak apa-apa langgar batas!"

"Kenapa bisa begitu?" heran Ares.

"Ya, karena- Atika nggak akan mungkin berbuat macam-macam ke Om! Sedangkan Om, bisa aja macam-macam sama Atika!" dalihnya.

Ares berdecak, "Tidak melulu seorang pria yang macam-macam, di luar sana---"

"ENGGAK, ATIKA NGGAK MAU DENGER! POKOKNYA NGGAK MAU DENGER!!!" teriak Atika menyela sebelum membanting tubuhnya di kasur dan mengubur diri dengan selimut.

Ares hanya tersenyum.

***

Atika berjalan dengan fokus melewati koridor kelas menuju kelasnya.

"Hei, Atika!"

Merasa dipanggil Atika menoleh mencari sumber suara. Dari tempatnya ia bisa melihat ada 3 siswi di dekat tangga yang sedang menatap ke arahnya. Sheryl, Oca, dan Friska, itu nama yang Atika ketahui. Mereka satu angkatan dengannya tapi beda kelas.

"Ada yang manggil aku?" tanya Atika sedikit berseru dari tempatnya berdiri.

Sheryl nampak memutar bola matanya. "Iya, aku yang manggil!"

Atika ber-oh dalam hati. Kemudian tanpa ragu ia menghampiri Sheryl dan kedua temannya itu.

"Ada apa?" tanya Atika.

Sheryl mendecak, "Nggak usah pura-pura nggak tahu, kamu!"

"Maksudnya?" bingung Atika.

"Aku mau mulai detik ini juga kamu jauhin Haris." jelas Sheryl to the point. Dua anak di dekat Sheryl nampak mengangguk-angguk mendukung.

Atika pun mulai mengerti maksud dari gadis di depannya. Senyum angkuh tersungging di bibirnya kini. "Mata kamu di mana Sher? Nggak lihat kalau sekarang aku nggak lagi sama Haris? Nggak perlu kamu bilang begitu aku juga udah jauh sama Haris sekarang."

"Waah... Songong dia Sher," kompor teman Sheryl yang bernama Oca.

Wajah Sheryl mulai menakutkan, dia menatap Atika tajam. "Aku tahu sebenernya kamu tahu yang aku maksud, Atika. Dan aku harap kamu bisa jauhin Haris seperti yang aku minta."

Setelah mengucapkan itu, Sheryl akhirnya berlalu pergi melewatinya dengan gaya angkuhnya. Mata Atika sempat mengekori kepergian Sheryl dan kedua temannya itu sebelum menjauh. Ia menarik napas dan segera mengembuskannya sebelum mengangkat bahu sekilas dan kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelasnya---XI IPA 1.

Atika meletakkan tasnya pada bangku seraya mengembuskan napas kasar.

"Kenapa kamu, Atika? Kayak loyo," komentar Silvi menyadari mimik wajah Atika yang tak seperti biasanya.

"Aku abis dilabrak." sahut Atika datar setelah duduk.

Sementara Silvi, kini ia ternganga mendengar pengakuan Atika. "Kamu dilabrak?" tanyanya tak percaya.

Menopang pipinya, Atika mengangguk malas.

"Sama siapa?"

"Sheril,"

Silvi semakin ternganga di tempatnya, "Kamu serius, Atika? Kamu diapain aja? Nggak dikasarin kan?" tanyanya khawatir mencari luka pada bagian tubuh Atika.

Atika menyingkirkan tangan Silvi perlahan. "Nggak di apa-apain, kamu nggak perlu khawatir. Dia cuma minta aku buat jauhin Haris."

Silvi membuang napasnya. "Oke sebenernya aku juga udah menduga hal ini bakal terjadi sebelumnya, tapi aku abai dan nggak ingetin kamu karena kalian juga nggak pacaran, ya kan?"

Atika mengangguk malas. "Ya udah sih, Sil, nggak apa-apa. Aku juga nggak masalah kok, cuma ... ya ... bingung aja Sil. Selama ini padahal aku udah selalu berusaha ngehindarin Haris tapi kenapa di mata orang lain berbeda?"

Silvi langsung memukul lengannya pelan. "Kamu yang nggak nyadar! Meski kamu selalu berusaha ngehindarin Haris tapi kan Haris nggak pernah putus asa buat deketin kamu, Atika. Dan aku juga tahu, selama ini kamu selalu nggak tega buat kasih ketegasan sama Haris."

"Itu karena Haris selalu baik sama aku, Sil. Dan aku nggak tahu gimana caranya supaya Haris jauhin aku." sela Atika dengan wajah frustasi.

Silvi hanya mengembuskan napas. Tak lama ia kembali bersuara, "Yaudah lah ya, biarin aja si Sheryl mau ngomong apa, kamu juga nggak salah di sini."

Kemudian bel masuk terdengar berbunyi.

"Udah bel, bentar lagi Haris masuk kelas." lanjut Silvi.

Atika kini merubah posisinya menjadi menumpukan kepalanya di atas meja dengan kedua telapak tangan menumpuk di bawah dagu. "Biarin aja lah."

Silvi mengembuskan napasnya lagi. Dan seperti dugaannya, tak lama Haris masuk ke dalam kelas. Silvi bahkan bisa melihat kalau Haris langsung mengarahkan pandangannya pada Atika begitu pria itu masuk. Batin Silvi bertanya, apa Haris benar-benar jatuh cinta pada sahabatnya ini?

"Hei, udah sarapan?" sapa Haris begitu dia sampai di meja milik Silvi dan Atika.

Dilihat dari perkataannya, Haris menyapa dan bertanya dengan tidak jelas pada siapa. Namun jika melihat dari sorot matanya, tentu yang melihat pun akan langsung tahu siapa yang pria itu ajak bicara. Mata pria itu tak pernah lepas dari Atika, bahkan sejak pria itu masuk ke kelas. Silvi yang menyadarinya, semakin yakin dengan perasaan Haris untuk Atika.

Silvi mengamati Atika yang sempat mendongak menatap Haris sebelum beralih padanya dan kembali lagi pada Haris.

"Udah," jawab gadis itu pada Haris sembari menyengir.

Haris menggaruk tengkuknya, "Padahal aku bawa bekal."

"Apa?" kaget Silvi. "Kamu bawa bekal Ris?" tanyanya tak percaya.

Haris mengangguk dan meringis malu. "Nyokap yang maksa bawa." terangnya.

Silvi mengerjap menatap Haris, sedangkan Atika, gadis itu cukup bingung harus berbuat apa.

"Yaudah sini nggak apa-apa Ris buat kita aja, nanti kita makan saat istirahat." putus Silvi akhirnya karena nampaknya Haris memang berharap Atika menerima bekalnya.

Tak menunggu lama, Haris langsung merogoh tasnya untuk mengambil bekal yang ia bawa. "Nih, dimakan ya?" harapnya.

Silvi yang menerimanya, karena Atika justru masih saja menunjukkan ekspresi bingungnya.

"Makasih, Ris."

Haris mengangguk dan tersenyum singkat sebelum berlalu menuju bangkunya.

*****

Thanks.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang