Part 59. Berhasil Maju selangkah

7.3K 680 208
                                    

Assalamu'alaikum, all...

Selamat membaca, yaa 😘

Koreksi kalau ada yang salah, benar-benar penulis amatir!

______

Ares menarik pandangan sesaat ke arah pintu kaca ruangan kerjanya. Di sana muncul sosok Angga yang akan mendatanginya seperti biasa sebelum mereka pergi bersama untuk salat Dzuhur dan makan siang.

"Assalamu'alaikum!" salam Angga tegas begitu melewati pintu. Bukannya Angga kelewat sopan, tetapi Ares akan tanpa segan mengusirnya jika ia menyapa dengan gaya kebarat-baratan.

Masih terlihat sibuk mencermati isi map-map di hadapannya, Ares menjawab singkat, "Wa'alaikumussalam."

"Weish! Masih sibuk, Pak Bos?" kelakar Angga mendaratkan pantatnya pada sofa seenak hati. Kedua tangannya mengulur di atas senderan sofa, sementara kakinya menyilang. Sudah tidak ada segan-segannya lagi memang pria itu pada sang atasan.

Ares menggumam menyahuti. "Sebentar lagi."

Mengamati Ares cukup serius, Angga kemudian menunjukkan senyum jahilnya. "Keknya wajah lo lebih berseri hari ini. Habis dapet bonus semalam?" celetuknya geli.

Karena sebenarnya tampang Ares ya begitu-begitu saja. Datar. Meski cukup berseri setelah menikah. Namun, kali ini Angga berhasrat menggodanya karena sejauh ini Ares tidak pernah sekalipun menyinggung soal bagaimana perkembangan pernikahan pria itu dengan sang istri.

Tidak mendapat tanggapan apa pun dari Ares, Angga beralih menatap langit-langit ruangan sembari menunjukkan ekspresi imajiner. "Seandainya gue punya bini kek Atika sih udah pasti gue males banget berangkat ke kantor. Gue kekep aja tuh bini di kamar."

Ctak!

"Aduh!" Angga meringis mengusap kepalanya yang sakit akibat pendaratan keras sebuah bolpoin.

Menatap Ares dengan sewot, ia hendak memprotes, tetapi Ares lebih dulu menyelanya.

"Jika kamu ingin wajah kebanggaanmu itu tetap rapi, maka berhenti mengisi kepalamu itu dengan fisik perempuan yang sudah menjadi milikku." ancamnya dengan nada santai sembari meletakkan tumpukan map di sudut meja.

Karena hanya aku yang boleh melakukannya, lanjut Ares dalam hati. Pria itu pun tersenyum tipis.

Memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, Ares kemudian berlalu begitu saja menuju pintu.

Aura Ares setenang itu, tapi berhasil membuat Angga menelan ludahnya susah payah sembari meraba kulit wajahnya dengan ngeri. Karena ia tahu, Ares tidak pernah main-main dengan ucapannya.

Membuyarkan bayangan wajahnya yang hancur, cepat-cepat Angga menyusul langkah Ares. "Yaelah, Ar. Canda doang kali!"

Melewati pintu, Angga yang tak siap dengan pemberhentian yang tiba-tiba sontak berakhir menubruk tubuh Ares di depannya.

"Astaghfirullah, Ar...! Ngapa berhenti tiba-tiba, sih?!" geramnya memegang kepala sebelum menyadari kehadiran Aurel yang tengah berdiri tak jauh dari mereka. Seketika ia beralih semringah, melupakan rasa sakitnya. "Eh, Aurel? Ada apa Au?" sapanya tersenyum lebar.

"Aku duluan," pamit Ares melangkah pergi.

"Ar! Tunggu!" Aurel mencegahnya dan berhasil meraih pergelangan tangan Ares, tapi dengan segera Ares menepisnya. Seketika Ares langsung berlagak membenarkan letak jam tangannya untuk menyamarkan responsnya barusan.

Pasalnya, dari posisi mereka berdiri saat ini, ada banyak staff lain yang menikmati waktu istirahat mereka di meja masing-masing. Ares tidak ingin dipandang kasar oleh mereka.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang