Part 50. First

13K 870 54
                                    

Assalamu'alaikum..

Vote, Please! 🙏

Selamat membaca 💙

Kalau ada Typo tolong diingatkan ya...! 🙏

____

Masih duduk bersandar pada kepala ranjang, Ares melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10.33. Kemudian ia beralih menatap Atika yang sudah tertidur pulas sedari tadi.

Ia mengembuskan napas panjang. Pikirannya terus tertuju pada saran seorang psikiater yang sudah menjadi konsultannya baru-baru ini. Ia berbincang dengannya sore tadi.

"Jangan ragu untuk meminta bantuan istri Anda, Pak. Karena menurut saya Anda hanya perlu sentuhan fisik lebih dalam. Sebenarnya selama ini Anda hanya tidak percaya diri untuk lebih mendekatkan diri pada wanita karena Anda terlanjur mengetahui kekurangan Anda itu. Jika Anda lebih berani, lebih nekad untuk menjalani hubungan dengan seorang wanita mungkin Anda sudah sembuh sejak lama. Tapi hal itu tidak perlu lagi dipikirkan, saya hanya sekadar mengulasnya agar Anda paham dengan apa yang Anda alami selama ini. Sekarang, karena Anda sudah memiliki istri tapi seperti yang Anda katakan baru saja bahwa istri Anda masih sekolah, dan belum mau Anda ajak untuk bersentuhan lebih intim, sepertinya Anda harus lebih berani membujuknya. Kalian sudah menikah, menurut saya tidak apa-apa kalau hanya berci--"

Tidak perlu diteruskan! Saran sang konsultan benar-benar ekstrim. Ares sampai merasakan gemuruh di dadanya hanya karena mengingat kata terakhir itu.

Keinginan untuk sembuh memanglah sangat besar dalam benaknya. Namun, bisakah ia melakukannya? Dipeluk saja istrinya itu langsung membekukan tubuh, bagaimana dengan hal lain?

Sebenarnya jika dipikir lebih lanjut, Atika cukup patuh akhir-akhir ini. Tapi bisakah gadis itu menerimanya? Ares meragukan hal itu.

Ares meremas rambutnya seraya menggeram frustasi karena tidak mampu menemukan jalan keluarnya.

Bergerak dengan gelisah, ia pun meraih boneka milik Atika yang berada di atas kepala gadis itu. Kemudian ia hadapkan boneka itu ke arahnya.

"Hm, menurutmu ... bagaimana, Pak Teddy? Apakah aku harus melakukannya?"

Dengan gila Ares mengajak bicara benda mati berwarna coklat itu. Ares kemudian menggerak-gerakkannya dengan pikiran melayang. Terlintaslah ide brilian di otaknya. Ia menyeringai sesaat sebelum mengecup wajah boneka yang dipegangnya itu dengan gemas.

"Teddy yang pintar!" pujinya pada sang boneka.

Tanpa menunggu lama lagi, Ares segera meletakkan boneka Atika kembali pada tempatnya. Lalu ia memosisikan diri. Bergerak mengurung tubuh atas Atika, lalu maju perlahan.

Terus maju ... maju ... maju ... dan ... akhirnya terkecuplah bibir lembut sang istri. Namun, hanya sekilas. Sungguh. Akan tetapi, nyatanya yang hanya sekilas tersebut sanggup menguras energinya. Otot-otot lengannya yang biasanya begitu kuat seketika lemas bukan main, bahkan ia merasa gemetar dan berkeringat. Tubuhnya pun hampir saja ambruk jika tidak bisa menahan diri. Sehingga ia segera bergeser dan menjatuhkan tubuh di sisi Atika.

Sejenak ia pun terdiam. Mencerna semuanya. Lantas terdengarlah embusan napas panjang keluar dari mulutnya.

Kini Ares benar-benar lemas, karena nyatanya usaha ini belum mampu membuahkan hasil.

***

Atika berjalan ke arah meja makan yang sudah berisi seseorang di sana. Siapa lagi kalau bukan suaminya? Kalau Bi Was, beliau selalu menolak untuk makan bersama dengan mereka.

"Selamat pagi, Om!" sapa Atika riang menyempatkan diri melewati kursi yang diduduki Ares dan membelai punggung kursinya. Sedikit ia sentuhkan juga jemarinya pada punggung milik suaminya dengan sengaja.

Menatap Ares yang tampak bingung dengan tingkahnya, Atika justru tersenyum singkat sebelum duduk di kursinya.

Atika mencomot roti tawar dan mengolesi selai di atasnya. Lalu ia mengambil potongan roti yang lain untuk menumpuknya sebelum melahapnya rakus.

Ares bergeming menatap tingkah Atika yang tak seperti biasanya. "Ada apa dengan hari ini?" tanyanya memberanikan diri.

Tanpa menoleh, Atika menjawab. "Atika seneng aja karena mulai hari ini Atika sekolah pakai kuda besi. Nggak usah capek-capek jalan kaki lagi." jelasnya.

Ares mengangguk-angguk mengerti. Ia memang membelikan Atika sepeda motor, siang kemarin.

"Kamu benar-benar bisa membawanya 'kan Atika?" tanyanya menatap Atika khawatir.

Atika mengangkat jempolnya sembari tersenyum, "Tenang aja Om."

Ares mengembuskan napas lega. Ia harap Atika bisa dipercaya.

"Om!" panggil Atika setelah Ares kembali melahap sarapannya.

Ares langsung menatap Atika yang kini justru tampak sibuk mengolesi selai pada roti keduanya. "Ya,"

"Atika semalam mimpi." beritahu Atika tanpa menatap Ares.

"Mimpi?" ulang Ares mengernyitkan dahi.

"Iya, mimpi. Mimpi dikejar sama beruang," sahut Atika menumpuk roti lalu melahapnya.

Dikejar beruang?

Tiba-tiba Ares teringat kejadian semalam di mana ia melakukan suatu hal tanpa sepengetahuan istrinya. Sedikit was-was, Ares kembali melanjutkan makannya. Ia butuh menutupi rasa gugupnya saat ini.

"Om! Kok diem, sih." sewot Atika butuh perhatian.

Dengan mulut yang terisi sedikit nasi, Ares memberanikan diri menatap Atika kembali. "Iya, iya, aku dengerin. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Ares mencoba untuk santai. Belum tentu juga mimpi itu ada kaitannya dengan perbuatannya semalam, bukan?

"Terus beruang itu nyium bibir Atika!" ucap Atika dengan lantang, lalu bangkit dan berlalu pergi meninggalkan Ares, membawa senyum puasnya.

Sementara Ares di tempatnya kini sedang berusaha menetralkan tenggorokannya yang sakit karena tersedak.

*****

Maaf ya, sedikit. Tapi walaupun sedikit menurutku ini part cukup ngegemesin, menurutku sih.. Nggak tahu deh menurut kalian 😊

Terimakasih atas dukungan kalian 💖

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang