Part 33. Keputusan

5.8K 670 34
                                    

Assalamu'alaikum...

Happy reading, 😊

***

Angga? batin Ares menyebut.

"Jadi beneran lo, Ar? Gue hampir nggak ngenalin lo tadi karena bareng seseorang. Btw, siapa dia, Ar?" tanya Angga mengode Ares untuk memperkenalkan seorang gadis di sampingnya.

Ares langsung tersadar. Ia kemudian menoleh pada Atika dan merangkulnya. "Oh, kenalin Ang, ini Atika, istri gue," tuturnya tersenyum bangga.

Angga terbengong, sedangkan Atika langsung menatap Ares tak mengerti.

Kemudian perlahan Atika menurunkan rangkulan tangan Ares dari bahunya sembari tersenyum canggung. Lalu menunjukkan tatapan mengancam tanpa menghilangkan senyumannya. "Jangan bercanda terus deh, Om. Atika nggak suka."

Tanpa menghiraukan raut wajah Ares yang berubah datar, Atika langsung beralih pada Angga. "Kenalin Kak, Atika, ponakannya Om Ares." ujarnya berusaha tersenyum ramah, tak ada uluran tangan.

Angga langsung tertawa renyah, meramaikan suasana. "Sudah gue duga. Lo mau coba-coba nge-prank gue Ar? Nggak perlu repot-repot!" canda Angga tanpa mengamati ekspresi wajah Ares. Tak menunggu lama, ia pun segera berpindah tempat di dekat Atika.

"Jadi lo cuma ponakannya Ares? Ohya, kenalin, gue Angga. Sohibnya si bujang lapuk. Tapi tenang, meskipun gue ini sohibnya dia, tapi gue jauh lebih muda dari dia. Baru 25 tahun, usia siap menikah. Tapi nggak apa-apa kalau harus menunda dua sampai tiga tahun lagi buat nungguin Atika." Cerocos Angga menggombal yang membuat Atika meringis merasa bersalah pada Ares. Terlebih pria berstatus suaminya itu semakin menunjukkan muka datarnya saat ini. Atika tahu Ares begitu kecewa dengan keputusannya. Dan ia sangsi bahwa masalah ini tidak akan Ares biarkan berlalu begitu saja.

Atika juga tidak cukup mengerti, mengapa pria bernama Angga ini tidak peka sama sekali dengan perubahan air muka seseorang yang dia sebut sohibnya. Di saat Atika sendiri bisa merasakan aura panas yang menguar dari tatapan Ares.

"Kalian cuma berdua?" tanya Angga kemudian setelah mengamati sekitar.

"Ah, iya, Kak. Kami kehabisan bahan makanan di rumah, jadi makan di luar." jelas Atika sudah begitu ingin basa-basi ini cepat selesai.

"Jadi, kalian tinggal bersama? Sejak kapan? Ar, kenapa lo nggak pernah kasih tahu gue kalau di rumah lo ada cewe cantik?" Angga menyugar rambutnya berulang kali. "Wah, gue harus sering-sering nih, main ke rumah lo, Ar."

Atika memejamkan mata erat-erat, mengutuk kalimat yang baru saja ia katakan. Yang membuat Angga jadi lebih tahu mengenai dirinya. Atika sungguh berharap Ares tidak bertambah emosi mendengar celotehan Angga barusan.

Namun ternyata harapannya pupus. Karena sebelum membuka mata, Atika sempat mendengar suara kursi yang terdorong dengan kasar.

Ares pergi begitu saja. Itu yang dilihatnya setelah buru-buru membuka mata. Tanpa menghiraukan apa pun lagi, Atika bergegas menyusul Ares yang melangkah dengan cepat. Ia bahkan tak menghiraukan ocehan Angga yang terus saja meminta penjelasan atas kepergian tak jelas mereka berdua.

Setelah berada di luar restoran, Atika mengelilingi pandangan. Mencari keberadaan mobil Ares di tempat parkir dengan gelisah. Namun, hasilnya nihil. Sepertinya Ares bahkan tak repot-repot untuk menunggunya.

Haish...! Pria itu ternyata benar-benar marah. Dan kenyataan itu cukup menyulitkannya saat ini. Terpaksa ia pulang menggunakan angkutan umum.

***

Atika berdiri di trotoar menunggu angkutan umum. Sesekali ia melihat jam di tangannya. Ternyata sudah hampir jam setengah 6, Atika cukup gelisah di tempat.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang