Part 58. Aurel

7.2K 685 234
                                    

Assalamu'alaikum all, 🙏🏻😊

Alhamdulillah bisa up lagi,
Siapa nih yang nunggu? 😁

Penasaran, boleh tahu gimana ceritanya kalian bisa sampai ke cerita ini? Rekomen dari temen, nemu di beranda, ato promosi dari aku? 😅

Oya, Mulmed di atas Angga ya.. Jangan hujat dia di part ini, kasihan 😅

Selamat membaca 😉

Semoga tidak mengecewakan, tandai kalau ada typo atau ada yang aneh 🙏🏻 maklum lah, penulis amatir 😭

Jangan lupa VOTE 😅

______

Tak lama kemudian, seorang wanita datang menghampiri mereka.

"Boleh ikut gabung?"

Atensi Angga dan Ares sontak teralih padanya. Angga yang langsung menyambutnya dengan senyuman, berbeda dengan Ares yang tampak membeku di tempat.

Karena...wanita itu terlihat familiar di mata Ares.

"Oh, boleh, boleh," Angga segera beranjak untuk menarik mundur kursi di sampingnya. Menyuguhkan tempat duduk untuk wanita itu.

Dahi Ares seketika mengerut melihat reaksi Angga yang terlihat seperti mengenal wanita itu.

"Ang, lo kenal dia?" tanya Ares menatap wajah Angga dengan serius. Membiarkan wanita itu duduk di kursi yang disediakan Angga dan meletakkan makanan juga minuman yang dia bawa di atas meja.

Angga seketika menatap aneh wajah Ares sesaat sebelum kemudian meraih ekspresi sumringahnya. "Dia Aurel, Ar, karyawan baru di kantor. Lo nggak--" Angga tiba-tiba menepuk jidatnya. "Astaga...! Pantes aja lo nggak kenal, dia masuk waktu lo lagi pergi ke luar kota kemarin."

Angga lantas berdecak sebelum beralih pada Aurel. "Au, kenalin, dia Ares, General Manager kita."

Pandangan Ares dan Aurel seketika bertemu. Ekspresi santai dengan ulasan senyum samar yang tercetak di wajah Aurel sungguh berbeda jauh dengan ekspresi Ares yang tercengang. Ares tidak menyangka kalau yang dilihatnya saat ini benar-benar Aurel, perempuan yang pernah disukainya sewaktu kecil.

"Hallo, Ar. Masih ingat aku?" sapa Aurel melambai disertai senyum elegan.

Elegan. Ya, satu kata itu yang membuat Angga tak bisa membiarkan wanita cantik itu begitu saja meski usianya tampak jelas jauh lebih tua darinya. Dan satu kata itu juga yang membuat Ares begitu mengagumi sosok itu di waktu kecil.

Ares tiba-tiba meneguk minumannya dengan tergesa. "Aku duluan, Ang. Ada sesuatu yang harus kuurus," pamitnya meraih ponsel di atas meja sebelum beranjak dan berlalu pergi begitu saja meninggalkan makanannya yang masih tersisa cukup banyak.

Angga yang cukup bisa melihat gelagat Ares yang janggal, mengerutkan dahi menyaksikan kepergian pria itu.

"Kalian saling kenal?" tanya Angga pada Aurel, hendak memastikan dugaannya.

Aurel tersenyum sembari mengaduk minumannya dengan gerakan pelan. "Kami teman lama," jawabnya santai. Lalu menyeruput minuman itu dengan pandangan melirik ke arah pintu keluar.

"Ohhh.. jadi kalian teman lama?" ulang Angga berseru ria, yang membuat Aurel seketika menatapnya dengan mata sedikit menyipit. "Wah, pasti Ares malu tadi. Tuh orang kan nggak pernah deket sama perempuan dari dulu!" Celetuknya begitu bodoh. Sesekali ia melanjutkan makannya.

"Bukannya Ares sudah menikah?" Aurel bertanya dengan sedikit kerutan di dahinya. Nada suaranya begitu lembut, wanita itu juga masih bertahan dengan ekspresi elegannya.

Rumor bahwa Ares sudah menikah memang tersebar luas di kantor. Tentu saja Angga yang berperan sebagai ember bocor. Tetapi niat Angga baik, dia hanya ingin menyudahi gunjingan yang kerap mengumbar bahwa Ares seorang gay. Benar-benar tidak ada niat lain.

Dan meskipun telah menyebarkan berita pernikahan Ares, Angga tidak sampai mengatakan perempuan seperti apa yang Ares nikahi. Angga merahasiakannya. Ares sendiri begitu acuh tak acuh jika ada yang bertanya mengenai hal pribadi. Termasuk pada atasan pun ia lebih memilih mengalihkan pembicaraan jika digoda.

Angga lantas tertawa jenaka menanggapi pertanyaan Aurel. "Dia memang belum lama menikah, tapi sejak dulu si Bujang Lapuk nggak pernah deket sama perempuan mana pun. Gue berani jamin!" ucapnya dengan lantang seraya mengangkat sebelah tangan, kemudian terkekeh lagi.

"Bujang Lapuk?" Aurel kembali bertanya dengan ekspresi wajah tidak mengertinya.

"Ooh...!" Angga lagi-lagi berseru. "Itu panggilan gue buat Ares. Cause, dia emang terkenal menutup diri dari wanita. Yeah, seperti yang gue bilang tadi. Bayangkan, di umurnya yang sudah hampir empat puluh taon, noh orang betah banget sendirian. Sampai akhirnya dia nikah sama seorang gadis pilihan nyokap." beber Angga semakin menjadi-jadi.

Dan akibat dari kejujurannya tersebut, Aurel seketika merasa berada di jalan yang akan mengantarnya ke sebuah tempat yang indah.

Wanita itu lantas tersenyum, lalu mulai sibuk dengan makanannya.

Jujur saja, pada awalnya ia sendiri ragu bahwa seorang pria yang beberapa hari lalu ia amati dari kejauhan adalah orang yang sama dengan laki-laki kecil yang pernah mengungkapkan rasa suka pada dirinya dulu. Karena penampilan Ares sungguh jauh berbeda dengan yang dulu.

Ares yang sekarang memiliki tubuh yang tercetak begitu sempurna. Wajahnya juga benar-benar tampan, Aurel yakin pria itu pandai merawat diri. Juga mengingat jabatannya, cukup membuatnya kagum karena posisi dirinya di kantor berada di bawah Ares. Dan dari segala kelebihan Ares yang telah ia paparkan barusan, Aurel hampir saja tak mengenali Ares jika saja tidak memastikan nama lengkap pria itu.

Ares Prayuda. Jelas, Aurel mengenal betul nama itu. Selain karena dulu mereka satu kelas sehingga cukup sering mendengar namanya, tak jarang ia juga mengunjungi rumah Ares hanya untuk meminjam buku tugas. Hingga ia hafal dengan nama itu, bahkan dengan orangnya.

Aurel kini tertegun dengan mulut mengunyah sopan. Pikirannya berkelana. Ia sungguh tidak menyangka Ares belum melupakannya hingga kini. Bahkan terpaksa mengakhiri lajangnya dengan sebuah perjodohan.

Senyum misteriusnya semakin mengembang.

Rasa ingin memiliki semakin menguasai lubuk hatinya. Sebuah rasa yang sudah tertanam hingga bertahun-tahun sudah pasti tidak akan terkalahkan dengan sebuah ikatan pernikahan yang masih seumur jagung, bukan? Apalagi mereka menikah tanpa cinta. Ia juga yakin, bahwa saat ini Ares masih memiliki rasa terhadapnya. Buktinya Ares begitu terkejut juga tergugup tadi hingga cepat-cepat pergi saat melihatnya kembali. Aurel yakin, Ares bereaksi seperti itu karena tidak menyangka bahwa wanita yang dicintainya sejak dulu kini berada di hadapannya kembali.

Memikirkan berbagai rencana untuk ke depannya, senyum penuh misteri semakin tercetak jelas di bibirnya yang berbalut lipstik berwarna plum.

"Oh ya, btw, kalian seumuran?" Angga kembali bersuara setelah mereka hanya diam menikmati makanan masing-masing.

Aurel tersenyum dan mengangguk dengan gerakan elegan.

"Jadi lo udah nikah juga, dong?" seru Angga dengan ceria. "Sudah punya bocil berapa, Au?"

Aurel menyeruput minumannya pelan sebelum perlahan mengangkat wajah.

"Aku sudah lama bercerai, dan aku belum memiliki anak." jawabnya menunjukkan mimik yang bertolak belakang dengan jawabannya.

Sayangnya, Angga tidak mengamati hal itu, ia justru menunjukkan wajah rasa bersalah sebagai bentuk empatinya.

******

Maaf teman-teman, sedikit. Soalnya pesannya sudah tersampaikan, hanya segitu.

Part Ares sama Atika juga nggak ada, maafin ya.. insyaAllah di depan 😊

Terimakasih untuk kalian yang sudah berkenan memberikan vote 😊

Semoga kalian sehat selalu 😘

Ditunggu next-nya 💕

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang