Part 24. Prostitusi

8.4K 800 26
                                    

Sore ini Atika sedang menikmati waktu santainya di depan televisi di lantai bawah sambil memakan snack ringan di tangannya.

Menonton berita dengan cukup serius hingga Ares datang dengan sebotol minuman bermerek tertentu di tangannya dan duduk di sofa yang sama dengannya.

Atika sempat melirik sekilas pria itu sebelum kembali fokus pada televisi.

"Tumben nonton berita," komentar Ares menatap ke depan.

Atika tidak langsung menjawab, gadis itu masih menikmati snack-nya hingga Ares meletakkan botol minumnya di atas meja.

"Bagaimana dengan kabar teman laki-lakimu itu? Kalian sudah saling mendiami satu sama lain?"

Atika langsung menoleh ke arah Ares dengan gerakan cepat. Senyum geli justru terpancar di wajahnya. "Maksud Om? Om ngarepin Atika berantem sama Haris, begitu?"

Ares lantas segera menolehkan wajahnya menatap Atika dengan alis bertaut. "Jadi, nggak ada acara diem-dieman di antara kalian?" tanya Ares heran.

Tawa Atika seketika pecah. Semalam Atika memang sempat bercerita pada Ares--ah, bukan, bukan, lebih tepatnya Ares yang memaksanya untuk bercerita mengenai bagaimana dirinya menyuruh Haris pulang hingga Haris benar-benar pergi meninggalkannya sendiri. Namun, ia tidak menyangka kalau Ares justru mengharapkan dirinya perang dingin dengan Haris. Ah, licik sekali ternyata otak pria berstatus suaminya itu. Memikirkan hal itu semakin membuat Atika tak bisa mengendalikan tawanya.

"Jadi apa yang sebenarnya sudah terjadi, Atika?" tuntut Ares pelan, masih berusaha bersabar mendapati Atika yang terus saja tertawa.

"Atau sebenarnya kamu sudah berbohong padaku soal pengusiranmu pada bocah itu?" tuduh Ares. Dan tak lama tawa Atika mereda.

"Aduh, duh, Om! Perut Atika sakit." keluh Atika memegang perutnya sok dramatis. Ares sungguh sebal melihatnya. Terlebih tawa itu belum sepenuhnya surut dari bibir gadis itu.

Dan akhirnya setelah beberapa kali menarik-embuskan napasnya, Atika pun berniat menceritakannya pada Ares.

"Haris itu orangnya nggak ngambekan, Om." ujarnya melirik Ares, menunggu respon pria itu. Saat Ares menoleh dan menatapnya tajam, Atika langsung melebarkan senyumannya. "Nggak kayak Atika, Om, yang ngambekan. Yekan?"

Ares langsung membawa wajahnya kembali menghadap layar televisi. Atika sedikit menahan senyumnya melihat raut wajah Ares yang terlihat kesal.

"Lalu?" Ares bertanya begitu datar.

Atika lantas berpikir, "Lalu ... Haris, ya biasa aja kayak nggak terjadi apa-apa sebelumnya, Om. Dia santai aja sama Atika."

Ares menoleh menatap Atika kesal, seolah penjelasan Atika belum memuaskan baginya.

Mendapati tatapan semacam itu, Atika langsung tertawa garing. "Pis deh, Om," ujarnya mengangkat jari membentuk huruf V. "Kali ini serius, beneran!" kekehnya pelan.

Kemudian Atika menegakkan tubuhnya, memangku bantal dan menatap lurus ke depan. "UNDANG-UNDANG DASAR--" Atika langsung menghentikan suaranya begitu mendapati Ares kembali menatapnya tajam.

"Eh, maaf salah, Om!" dengan sedikit songong Atika menampakkan deretan giginya yang putih. "Ini serius, beneran! Atika janji." lanjutnya tetap dengan unjuk gigi.

Melirik kesal, Ares akhirnya berucap, "Uang jajan kamu--" Belum selesai kalimatnya, Atika sudah membungkamnya dengan telapak tangan gadis itu.

"Uang jajan kamu aku kurangi minus 100%. Begitu kan, Om?" Ujar Atika dengan nada yang lambat. Setelahnya ia menaik-turunkan alisnya tak tahu diri.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang