Part 32. Meringis bodoh

6.2K 655 32
                                    

Assalamu'alaikum...

Untuk teman-teman semua yang sudah berkenan memberikan vote, Terimakasih banyak ya... 💞

Semoga ceritanya menghibur, selamat membaca 😊

***

Sedari keluar dari kamarnya untuk bersiap diri, Atika terus merapalkan kata-kata yang sekiranya mampu membuatnya merasa tenang dan berharap bisa menghadapi Ares kembali tanpa rasa canggung. Atika bisa saja menunjukkan kemarahan untuk menutupi rasa canggung, tapi ia ragu Ares akan peduli. Salah-salah ia justru akan mempermalukan diri sendiri. Jadi, Atika memutuskan untuk berusaha melupakan hal-hal memalukan yang sudah terjadi.

Anggap saja ... sudah ia hapus dari memori. Ya, seperti itu.

Suara pintu mobil yang ditutup dari dalam terdengar. Atika duduk manis di kursi depan di samping Ares. Dan meskipun ia sudah bertekad menjaga hati dan pikiran, entah kenapa tetap tidak bisa untuk tidak menggerakkan kepala ke arah samping kanan, di mana terdapat seseorang yang kini sudah siap untuk mengemudi. Hanya untuk sekilas, Atika kembali menatap ke depan.

Tahan Atika ... Tahan!

Atika sungguh berusaha sekuat tenaga menjaga pikirannya dari hal-hal memalukan semalam. Ia tidak ingin membiarkan benteng pertahanan untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apanya itu lenyap begitu saja jika memikirkan hal semalam.

"Hapus dari memori. Hapus dari memori. Hapus dari memori." Atika terus berucap tanpa suara.

"Ada hafalan?" Ares tiba-tiba bertanya membuat konsentrasi Atika pecah seketika.

Gadis itu hanya bisa menampakkan wajah bodohnya dengan bibir terbuka menatap Ares. Sungguh Atika tidak mengerti maksud dari perkataan Ares barusan. Namun setelah berpikir cukup lama, akhirnya ia merespons dengan mengangguk-angguk pelan seraya meringis konyol, memperlihatkan deretan giginya.

"Hafalan apa? Agak keras aja sekalian, biar aku ikut dengar."

Tampang Atika semakin terlihat bodoh setelah mendengar itu. Bagaimana mungkin ia akan mengatakannya?

Menggaruk kepalanya yang tak gatal, otak Atika berpikir keras untuk berdalih. "E..enggak deh, Om. Nanti Om jadi nggak konsen lagi, nyetirnya." Atika kembali meringis.

Merasa Ares tak berniat untuk menanggapinya lagi, Atika mengembuskan napas lega dengan pelan. Atika pikir Ares sudah kembali fokus menyetir. Tidak tahu bahwa sebenarnya Ares tengah sedikit mengulas senyum tak kentara dengan sorotan geli yang terpancar di kedua bola matanya. Hal itu benar-benar luput dari perhatian Atika karena pria itu menghiasi kedua netranya dengan kacamata cokelat terang, sore ini.

"Mau makan di mana kita, Om?"

Ares menoleh ke arah Atika sekilas, sebelum kembali menatap ke depan. "Nanti kamu tahu. Sebentar lagi kita sampai."

Atika hanya mengangguk.

"Bukannya ... besok kamu libur?"

Hah? Atika spontan menunjukkan tampang bodohnya, sekali lagi. Kembali merasa bingung dengan apa yang sedang Ares bicarakan. "Maksud Om?"

Ares menoleh ke arah Atika sekilas. "Jadi, apa yang kamu hafalin tadi?"

Skakmat! Kenapa topik yang sudah ditutup kembali dibuka sih?!

Sembari meringis, Atika berpikir mencari alasan. "Kan ... Senin Atika ulangan akhir semester, Om. Om lupa ya?"

"Oohh ..."

Akhirnya hanya itu tanggapan dari Ares, walau belum bisa menghilangkan sorotan geli di kedua bola matanya.

Atika yang tidak mengerti, kembali bernapas lega. Namun, ia cukup waspada kali ini. Sungguh Atika berharap Ares tidak terus menerus membahas topik menghafal tadi.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang