Part 52. Ungkapan Hati

9K 793 71
                                    

Assalamu'alaikum...

Please..., baik pembaca lama maupun pembaca baru jangan lupa vote-nya ya, 🙏🏻 Terlebih kalau kalian suka dengan cerita ini, kalau nggak suka ya divote aja nggak apa-apa 😁😁✌

Selamat membaca 💚

_____


Atika akhirnya mendapat pertolongan dari sahabatnya, Silvi. Begitu sampai rumah dan membaca pesan dari Atika, Silvi segera kembali ke sekolah setelah sebelumnya menelepon Atika untuk memastikan keberadaannya. Selama proses pertolongan, tak henti-hentinya Silvi bergerutu serta mengutuk anak-anak yang sudah mengurung Atika di toilet. Gadis beralis tebal itu geram bukan main, tetapi Atika selalu mengingatkannya untuk tidak terlalu emosi. Silvi pun terpaksa diam menahan amarahnya.

"Kamu bener-bener bisa pulang sendiri, Atika?" Silvi bertanya dengan khawatir ketika mereka sudah berada di tempat parkir.

Atika justru tersenyum. Kemudian ia meraih helmnya. "Aku berhutang banyak sama kamu, Sil. Kapan-kapan aku traktir kamu, deh." ujarnya menoel dagu Silvi. Silvi langsung mendesis menepisnya.

"Kamu tuh dikhawatirin malah berubah nggak waras!" celetuknya asal. "Inget! kamu masih utang penjelasan sama aku!"

Atika menatap sahabatnya cukup lama dengan senyuman. "Kepo, deh."

Keusilan Atika sontak membuat mata Silvi melebar tak terima. "Oohhh... Jadi gitu sekarang? Kamu mau jadi kacang lupa kulitnya? Oke, oke, mulai sekarang aku nggak bakal mau peduli lagi!" Silvi menunjukkan wajah kesal dan memalingkannya. Tangannya bersidekap seolah benar-benar tidak ingin peduli lagi.

Atika pun tersenyum geli melihat tingkah Silvi yang menurutnya begitu lucu. Kemudian ia membujuk dengan menangkup wajahnya lembut. "Iya, iya, nanti aku jelasin, kok, Silviku Sayaaaang. Tapi biarin aku pulang, ya, hari ini? Aku butuh nenangin pikiran."

Silvi menatap Atika dalam. Ia tahu di balik sikap tenang Atika sebenarnya sahabatnya itu menyimpan kegelisahan di hatinya. "Iya, tapi kamu hati-hati, ya, bawa motornya?"

Atika mengangguk. "Siap, Bos!" sigapnya memberi hormat.

Silvi hanya mendengus geli.

***

Atika baru saja selesai mandi dan salat Ashar. Ia merasa lapar, tapi tidak berselera. Akhirnya ia hanya duduk-duduk di atas tempat tidur sambil membaca buku materi untuk mapel UAS besok.

Handle pintu yang bergerak terdengar, Atika segera menoleh ke arahnya. Mendapati Ares, ia pun turun dari tempat tidur untuk menghampiri suaminya.

Atika meraih tangan Ares untuk disalami serta diciumnya."Wa'alaikumussalam..." sindirnya sengaja.

Ares yang sempat terbengong karena mendapati tingkah Atika yang tak seperti biasa, seketika tersadar. "Ah, iya, iya, Assalamu'alaikum," tanggapnya kaku.

Atika tersenyum sembari menjawab salam Ares dalam hati. Kemudian ia mencondongkan wajahnya pada Ares seraya mengetuk-ngetuk keningnya dengan jari telunjuk. Sedikit senyum tercetak di bibirnya.

Mengerti akan maksud istrinya, Ares pun perlahan bergerak mendekat mencium kening Atika. Setelah itu Atika justru merangsek memeluknya. Ares semakin bingung dengan tingkah istrinya yang benar-benar tak seperti biasa.

"Ada apa?" tanya Ares mengangkat tangannya merengkuh tubuh sang istri.

Tidak langsung menjawab, Atika semakin menduselkan wajah pada dada bidang milik suami. "Atika lagi sedih."

Ares mengerutkan dahi semakin dalam mendengar penuturan Atika. Gadis itu mengatakan sedang bersedih, tetapi tingkahnya tak menunjukkan hal itu. Bahkan suaranya terdengar biasa-biasa saja.

Bukan Sugar Baby (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang