27

3K 125 19
                                    


Happy Reading
🥀🥀🥀🥀

Seorang pemuda berlarian di Koridor rumah sakit, setelah mendapat info tentang ruang perawatan Nara di meja resepsionis, Beno sontak saja langsung mencairnya guna mengetahui kondisi Nara sekarang.

Jantung Beno terasa sakit saat baru mengetahui kondisi Nara sekarang, terlebih lagi sahabat-sahabatnya tidak memberi taunya sama sekali. Ia Terima kalau sebagai mantan ia tak diberi kabar, tapi jika sebagai Sahabatnya Zahir ia sangat marah karna merasa sudah tidak di anggab sahabat lagi oleh mereka.

Dan Beno sampai di Koridor ruangan Nara, matanya menangkap pemandangan sahabat-sahabatnya serta beberapa sahabat Nara yang duduk di Kursi tunggu di sana.

Dengan langkah pasti Beno berjalan menghampiri mereka, ia marah sekaligus kecewa karna mereka tidak memberi taunya tentang kecelakaan Nara, mau bagaimanapun juga Beno sahabat Zahir, dan ia juga menganggap Nara sebagai adiknya.

Hanya berjarak beberapa meter mereka menyadari kedatangan Beno, Beno dapat melihat tatapan terkejut dari mereka yang ada di sana. Di Sana ada Zahir, Kaila, Agam, Sherly, Adnan, dan Davie, mereka duduk di bangku tunggu sembari bercengkrama pelan.

"Beno."

Beno tersenyum sinis saat namanya di ucapkan oleh Agam, kondisi Koridor saat ini lumayan sepi, tidak ada suster ataupun dokter yang berlalu lalang di sana.

"Ngapain lo disini? Lo udah gak punya hak buat ketemu sama adek gue lagi, mending lo pulang!" Usir Zahir dengan tega.

"Zahir gue.... " Zahir langsung berdiri dan mendorong Beno dengan kuat, hingga Beno hampir saja terjatuh.

Agam dan Adnan langsung saja melerai mereka sebelum terjadi perkelahian diantara mereka.

"Kalau kemaren adek gue gak ketemuan sama lo! Kalau kemaren lo gak minta dia buat ketemuan! Kalau aja kemaren lo mau ngater adek gue, sebentar aja Ben! Pasti saat ini adek gue masih baik-baik aja. " Bentak Zahir menatap Beno tajam.

Beno hanya bisa menunduk salah, bukan hanya Zahir, ia juga merasa bersalah setelah tau kejadian lengkap yang menimpa Nara, dimana Beno tau? Tadi sebelum ke ruangan Nara, ia menyempatkan diri untuk bertanya pada suster yang berada di Resepsionis.

Kalau saja kemaren ia memaksa Nara untuk pulang dengan dirinya, atau kalau saja ia tak menerima ajakan Nara untuk bertemu pasti semua ini tidak akan terjadi, Nara tidak akan kecelakaan dan pastinya akan baik-baik aja.

"Kenapa sih lo sebenci itu sama adek gue! Dia punya salah apa sama lo? Apa gak cukub dua tahun ini lo nyakitin dia Ben!"

Beno menggelengkan kepalanya, semua itu gak benar, ia tidak pernah membenci Nara, bahkan ia juga sayang pada Nara, persis seperti sayangnya Zahir pada Nara, sampai searang itulah yang ada dikepala Beno, jika rasa sayangnya pada Nara, persisi sepeerti Zahir meyanyangi Nara.

"Gue sayang sama Nara Hir! Gue gak pernah benci sama dia. " Jawab Beno lirih.

"Blushit! "

"Lo pikir gue gak tau kelakuan lo ke adek gue! gue tau semuanya Ben! gue tau setiap apa yang terjadi diantara kalian, bahkan gue tau persis alasan lo ninggalin dia." Zahir semakin mencengram erat baju Beno.

"Rasa sayang itu hilang saat kedatangan Zoya lagi! gue tau gimana perasaan lo, jangan lo pikir gue sama yang lain buta! "

"Kalau dari awal lo gak punya niat untuk pacaran sama adek gue! Lo gak usah paksain! Gue lebih iklas liat adek gue sakit hati karna cintanya bertepuk sebelah tangan, ketimbang harus sakit karna mencintai cowok brengsek kayak lo. "

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang