•••20•••

2.5K 123 5
                                    

"Kamu brantem sama siapa lagi Al?, kamu udah kelas 12, jangan cari gara-gara terus." Perlahan Nara meniup luka yang ada di pelipis Beno, sesekali Beno meringis saat terkena Al-khol yang di gunakan Nara.

"Berisik."

Dengan sengaja Nara menekan luka di sudut bibir Beno, sampai Beno meringis kesakitan.

"Sakit kan? mangkanya jangan berantem terus," kesal Nara.

Beno menatap mata Nara yang terlihat sayu, serta wajah pucat yang mencubit hati Beno, Beno sedikit terenyuh saat mata bulat nan cantik yang biasanya terlihat bersinar kini terlihat kesedihan.

"Hei gue gak papa." Beno ikut mengusap pipi Nara, Nara menyentuh tangan Beno yang ada di pipinya.

"Kamu jangan berantem terus, aku khawatir sama kamu."

Beno merasa berdebar sendiri saat menatap mata Nara seperti ini, seperti rasa gak ingin berpaling.

"Maafin gue, harusnya kemarin gue dengerin lo, gak langsung emosi gitu aja."

"Udah biasakan, aku tau banget emosionalnya kamu." jawab Nara seadanya.

"Jangan tinggalin gue yah."

Tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari mulut Beno, Nara menautkan alisnya karna tak paham dengan ucapan Beno yang membuatnya bingung.

"Siapa juga yang mau ninggalin kamu?" tanya Nara heran, Sontak saja Beno tersadar dari apa yang baru saja ia ucapkan, Beno yang merasa malu, langsung mengalihkan topik agar suasana kembali cair.

"Balik ke kelas gih, lo ikut perlombaan kan." usir Beno.

"Trus kamu sama siapa disini?" tanya Nara, karna ia tak melihat satupun anggota Black Wolf yang biasanya sering ngintilin Beno kemana mana.

"Zoya, gue udah minta dia kesini," dengan santai Beno mengucapkan kata itu tanpa rasa bersalah. Nara yang awalnya khawatir langsung berubah menjadi datar dan sedih saat mendengar kalimat yang sangat menyiksa batinya itu.

"Zoya? kenapa Zoya harus kesini? disini kan ada aku? aku bisa kok temenin kamu disini," tanya Nara beruntun.

"Tapi gue maunya sama Zoya."

Nara menatap Beno yang tengah menggipas wajahnya, lalu bertanya. "Kamu punya hati gak sih Al? "

Beno tetap diam, saat ini pikiranya sudah mulai tenang, tapi ada rasa sesak lain yang membuatnya tidak mampu menatap mata Nara, ada rasa ngilu lain yang membuat Beno bimbang dengan apa yang ia inginkan.

Nara menggeleng tak percaya dengan respon Beno yang kelewat polos, entah polos apa begok, memang ternyata gak beda.

" Kamu emang gak ngerti, atau pura pura gak ngerti? " tanya Nara tajam.

Beno tetap diam, ia masih membuang wajahnya, hingga Nara menarik tangan Beno dan Beno spontan langsung membentak dengan kasarnya.

"Kalau gitu jelasin!!" Bentak Beno membuat Nara terdiam, urat urat Beno terlihat menonjol menandakan betapa marahnya ia saat ini.

"Ra... Lo..." Beno tidak mampu melanjutkan kalimatnya, sementara Nara hanya menggeleng tidak habis pikir, dan langsung pergi tanpa berkata apapun lagi.

"Astaga Ben, lo kenapa?" Tanya Zoya langsung duduk ditempat Nara tadi.
Zoya disana tampak sangat khawatir, dan cemas, ekspresi yang sama dengan yang diberikan Nara barusan, tapi entah kenapa terasa lebih dingin, karna tidak ada debaran pada jantung Beno.

"Berantem sama Agam." jawab Beno sekenanya.

"Loh kok bisa? aduh sampai memar gini." Balas Zoya dengan nada khawatir yang terdengar sedikit alay di telinga Beno.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang