43

1.9K 91 17
                                    

Happy reading

Suasana kantin siang ini mendadak gempar  dengan kedatangan Beno yang langsung duduk semeja dengan Nara dan teman-temanya. Sebenarnya momen ini momen yang wajar dahulunya, saat Nara masih berstatus pacar Beno, tapi sekarang kan sudah berbeda, sekarang mereka tak punya hubungan spesial hingga harus makan dimeja yang sama.

"Makan yang banyak, jangan di aduk-aduk doang." Tegur Beno  sembari mengunyah  nasi goreng spesialnya.

Nara menatap Beno kesal, sejujurnya ia tak masalah jika harus mentraktir Beno, tapi jangan  di kantin juga kali, emang Beno gak risih di gosipin dengan dirinya.

"Tertekan banget mukanya Ra." Agam yang biasanya membela dirinya sekarang malah ikut-ikutan membela si Beno sialan itu.

"Bukan urusan lo."

"Eh Kaila, lu sama Zahir ada hubungan apa sih? Ko chattinggan mulu." Tanya Davie tiba-tiba, Sherly yang berstatus pacarnya,  sekaligus sahabat Kaila  tentu saja menatap Davie garang, karna apa yang ia ceritakan tak seharusnya ditanyakan langsung oleh Davie.

"Tau dari mana lo?" Tanya Kaila menatap Davie, kemudian melirik kearah Sherly yang terlihat kikuk.

"Nanya doang anjirt.  Sapa tau gue bisa bantu." Ujarnya menyengol lengan Agam. Agam hanya memutar bola matanya malas, karna ia dan Kaila masih perang dingin.

"Lu setuju gak Ra, kalau Kaila sama Zahir? Secara kan satunya sahabat lu, satunya Abang kandung lu?" Tanya Indira seolah tak ada Kaila disana.

"Apaan sih lu, lagian gue gak suka sama Zahir!" Jawab Kaila terdengar sewot, karna jujur Zahir tak terlihat sama sekali menyukai dirinya, dan Kaila juga tak mau terlampau percaya diri disini.

"Hmmb gue si netral."

Meraka kembali melanjutkan makan siangnya, sesekali Daffa atau Agam melontarkan lelucon agar tak terlalu garing saja.

Saat tengah menikmati es jeruknya, Nara merasakan dingin pada daerah punggungnya, dan benar sana disana Ada Zoya dan Luna yang tampak berpura-pura kaget menatap dirinya.

"UPS sorry, gue gak sengaja." Ujar Zoya dengan wajah menyebalkanya.

"Gak sengaja kepala lo, Lo gak liat sahabat gue segedek ini?" Tanya Indira tak terima melihat baju Nara yang basah dan berwarna ke orangean.

"Gue kira kuman, soalnya gatel banget." Ujar Luna dengan gaya sok cantiknya.

"Zoya lo apa-apan sih!." Ujar Beno  menatap baju Nara dan Zoya  bergantian.

"Ko kamu bentak aku si!" Tanya Zoya tak kalah membentaknya.

"Kita ke toilet aja yuk Ra, baju lo tembus pandang." Sherly langsung membawa Nara pergi dari sana, sementara Kaila dan Indira tentu saja tidak terima melihat temannya diperlakukan seperti itu.

"Heh maksud lo apaan kayak gitu." Ujar Indira mendorong bahu Zoya hingga sedikit terhuyung ke belakang.

"Gak usah dorong-dorong dong." Ujar Zoya tak terima.

"Orang gatel kayak temen Lo itu emang pantes di gituin." Ujar Luna membela Zoya.

"Heh cabe keriting, gue gak ngomong sama lu yah!" Balas Kaila menunjuk Luna.

"Anjirt seru nih." Ujar Agam dengan santainya bertupang dagu.

"Begok, pisahin lah. Gak liat mereka jadi tontonan." Balas Davie menasehati, bukanya melakukan apa yang ia katakan, Davie juga ikut bertupang dagu disana.

"Siapa yang menang?" Tanya Agam bertaruh.

"Cewe gue lah." Jawab Daffa terlihat sangat mendukung Indira.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang