•••24•••

2.6K 115 5
                                    

🥀🥀🥀🥀

Setelah kembali dari rumahnya, Beno menyematkan diri untuk singgah mengambil pakaian ganti untuk Zoya, dan sekaligus mengambil makanan yang telah di siapkan oma Zoya. Beno membawa dia paper bag di tangannya, satunya berisi makanan dan satunya berisi baju ganti dirinya dan Zoya.  Kek suaminya gak sih :")

Saat melewati koridor rumah sakit tanpa sengaja Beno berpas-pasan dengan Zahir yang terlihat buru-buru, dengan sengaja Beno menahan Zahir dan bertanya apa keperluan Zahir dirimu.

"Ngapain lo disini? " Tanya Beno menahan tangan Zahir, hingga langkah zahir terhenti.

Zahir tentu saja kaget karna ada Beno di rumah sakit ini, Zahir melihat sekeliling sebelum pertanyaan Beno mengalihkan perhatiannya lagi.

"Ngapain lo disini? Lo abis nemuin Zoya kan? Ngadu apa lagi adek lo ? " Tanya Beno sarkas.

Zahir langsung tau kenapa ada Beno disini, tadi  Zahir berfikiran jika Beno tau kalau ada adiknya disini.

"Gak penting banget gue harus jawab pertanyaan lo, lepasin. " Zahir menangkis tangannya yang masih di tahan Beno.

"Kalau bukan karna ketemu Zoya, mau ngapain lo disini! Emang gak cukup makiaan adek lo buat sahabat gue tadi siang? Apa pernyataan putus tadi siang gak menghadiri segalanya? "

Zahir sedikit kaget mendengar ucapan Beno barusan, Putus? Owhh jadi akhirnya Beno dan Nara putus juga, entah senang atau sedih Zahir belum memikirkannya.

"Akhirnya do'a gue terkabul. Syukur deh kalau gitu. " Jawab Zahir sinis.

  "Berhenti gangguin Zoya, dia gak salah apa-apa disini. " Balas Beno menunjuk zahir degan jari telunjuknya.

Saat Zahir akan membalas ucapan Beno, suara dering ponselnya menghentikan ucapan Zahir yang sangat ingin membungkam seorang Beno.

  "Halo mah, iyaa ini Zahir udah di depan kok, langsung ke PMI, mama jangan jangan nangis terus dong, Zahir langsung balik kok. "  Jawab Zahir dengan nada cemasnya.

Beno memperhatikan wajahnya panik sekaligus khawatir Zahir yang sangat kentara, dalam benaknya langsung muncul tanda tanya besar. Siapa yang sakit? Dan ngapain ke PMI? Cari darah?.

  "Zahir tutup dulu teleponnya, papa udah dijalan kok, mama yang sabar. "

Zahir langsung mematikan sambungan teleponnya dan pergi  meninggalkan Beno, tapi pertanyaan Beno membuat langkah Zahir terhenti.

"Siapa yang sakit? "

Zahir tak berbalik, ia masih berada di posisi yang sama kemudian menoleh sedikit dan berkata sinis.

"Bukan urusan lo. "

Zahir beranjak pergi tanpa menghiraukan Beno yang masih menatapnya hingga menghilang di ujung koridor.

🥀🥀🥀🥀

Anita tak mampu menahan isak tanggisnya satu melihat putri semata wayangnya di pasanggi alat-alat penunjang kehidupan itu, beberapa menit yang lalu Nara keluar dari ruang operasi dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja. Bukan hanya Anita, Anton sang papa, berserta Zahir sang kakak pun tak kalah sedihnya melihat keadaan Nara yang saat ini sangat kritis.

  "Kenapa harus Nara pah? Kenapa? " Anita tak mampu menutupi rasa sedihnya.

"Mamah harus kuat yah, Nara gak akan kenapa-napa, percaya sama papah. " Anton memeluk istrinya yang terlihat sangat amat terpukul dengan keadaan Nara.

"Zahir apa kamu sudah memberi tahu Sahabat-sahabat adek kamu?, mereka harus tau. " Ujar Anton membuat Zahir yang tadinya terduduk sendu menatap papanya.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang