57

2K 115 5
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀

"Kemana lagi Ra?" Tanya Azka memperhatikan Nara yang masih asik makan.

Saat ini masih pukul 07.00 malam, mereka memutuskan untuk makan malam dulu sebelum pulang. Sebenarnya Nara sudah menolak, tapi Azka bilang kapan lagi mereka bisa makan malam berdua seperti ini, akhirnya Nara menyetujui nya dan mereka makan berdua di salah satu restoran favorit Nara.

"Pulanglah, ini udah jam 08.30, ntar nyokab khawatir." Jawab Nara seadanya.

Azka menganguk, karna ini memang sudah terlalu malam untuk mereka, mengigat jika mereka belum ganti baju sama sekali, masih menggunakan baju sekolah tadi siang.

Setelah beberapa saat, mereka selesai makan, namun saat berada di parkiran Nara mengaktifkan hapenya yang sengaja di matikan, karna tidak mau diganggu oleh Zahir yang suka sekali melarangnya dekat dengan Azka.

"Ehh tunggu dulu, ini banyak panggilan dari temen gue."

Azka menunggu sembari memasang jaket dan helemnya, sementara Nara menghubungi Indira salah satu dari banyak orang yang menghubunghinya.

"Halo Indira, ada apa Lo nelfonin gue kayak orang kesetanan gitu?" Tanya Nara dengan juteknya.

Tapi Nara langsung terdiam saat mendengar Isak tangis dari Indira, ia jadi bingung karna Indira hanya menangis tidak mengatakan apapun juga.

"Indira lu kenapa? Ko nangis gitu?" Tanya Nara heran sekaligus khawatir dengan kondisi Indira.

Bukanya menjawab Indira malah semakin menangis membuat Nara semakin cemas dengan keadaan sahabatnya tersebut, Azka juga ikut tertarik mendengarkan karna Nara yang tampak khawatir, tapi bingung.

"Inidra kasi tau gue, Lo kenapa? Jangan bikin khawatir!" Nada suara Nara naik satu oktaf.

"Ag...Ag... Agam, udah gak ada Ra." Dengan terbata-bata Indira menyampaikan kabar duka tersebut.

Nara langsung terdiam mendengar kabar itu, Agam? Orang yang sudah ia anggab seperti kakak sendiri sudah tidak ada? Tidak mungkin.

"LO JANGAN BECANDA INDIRA! NGGA LUCU!" Bentakan Nara tidak main-main, bahkan Azka sampai turun dari motornya menghampiri Nara yang tampak emosi tapi menahan tangis di matanya.

"Gue ngga becanda Ra, Agam udah meninggal." Lirih Indira membuat air mata Nara jatuh dengan sendirinya, ia masi terdiam mencerna kalimat Indira, karna merasa jika ini adalah kebohongan, dan tidak percaya begitu saja.

"Nara kenapa? Indira bilang apa?" Tanya Azka ikutan khawatir.

Karna tak ada respon dari Nara, Azka langsung mengambil alih ponsel Nara dan berbicara dengan Indira.

"Halo inidra, ini gue Azka, lo kenapa?" Tanya Azka akhirnya karna Mendengar Isak tangis Indra yang tidak main-main.

"Agam meninggal."

Azka Langung terdiam mendengar kabar itu, ia menatap Nara yang sudah menangis, langsung saja Azka menarik Nara ke pelukkanya, ia tau seberapa Nara dekat dengan Agam.

"Kalian dimana? Gue sama Nara langsung kesana."

Setelah Indira memberi tau lokasinya saat ini, Azka menantikan telfon dan  kembali mengusap kepala Nara guna memenangkan cewe tersebut.

"Agam... Dia meninggal...." Lirih Nara mencengangkan kemeja Azka dengan kuat, Nara merasa tak percaya jika Agam akan pergi secepat ini, padahal baru beberapa hari yang lalu ia menjenguk Agam, ia sangat rindu dengan lelucon cowok tersebut.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang