46

1.8K 95 9
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀

Beno POV

Kejadian beberapa hari lalu terus menghantui gue, bayang-bayang saat Nara menggunakan Jaket Genk Tiger,  dan bagaimana telatennya Nara mengobati Azka, dan tatapan Azka yang sangat jelas jika ia menyukai Nara. Mungkin Nara tidak menyadari tatapan itu, tapi gue? Gue cowok, gue bisa bedain mana yang tatapan pertemanan sama mana tatapan yang mengandung arti lain, dan tatapan Azka itu penuh rasa.

  Gue mungkin terlihat ngga peduli dan cuek sama Nara, tapi didalam hati gue, gue masih menghawatirkan dia, gue masih sering mantau dia, gue masih sering ngikutin dia, tujuanya? Agar dia selalu aman. Mungkin banyak yang bilang gue cowok brengsek karna udah nyakitin cewek sebaik Nara, gue terima itu, karna jujur gue emang brengsek.

Mungkin banyak yang bingung sama sikap gue selama ini, gue yang brengsek atau gue yang perhatian pada Nara. Kalau boleh jujur, dalam lubuk hati gue yang paling dalam, sebenarnya gue sayang sama Nara, bahkan rasa itu udah ada sejak pertama kali gue ketemu sama dia. Dia cantik, baik hati, murah senyum, penyayang, siapa coba yang ngga tertarik sama dia?.

Untuk sikap gue yang kadang melupakan dia, atau terlihat ngga peduli, itu hanya agar suatu saat nanti saat kita berpisah Nara ngga akan merasa kehilangan gue di hidupnya. Bukan maksud gue buat ninggalin Nara, tapi takdir seseorang ngga ada yang tau, bisa aja gue dan Nara bukan jodoh, atau bisa aja tuhan manggil gue duluan, dan gue ngga mau Nara hancur karna hal itu.

Sore ini gue nemenin Zoya untuk makan sate yang  ngga jauh dari komplek rumah gue, alasan gue milih tempat ini karna ini sate kesukaan Nara, dan saat makan disini gue ngerasa kalau ada Nara disini.

"Bengong Mulu ihh, mikirin apa si?" Tanya Zoya menegur gue.

Cuaca siang ini memang tidak terlalu mendung, jadi gue dan Zoya memutuskan untuk duduk di luar tenda,biar ngga pengab aja si sebenarnya.

"Ngga mikirin apa-apa, udah makanya?" Tanya gue melirik piring Zoya yang sudah tampak kosong.

"Udah."

Soal hubungan gue dan Zoya, sebenarnya gue sama dia ngga pacaran, gue sama sekali ngga pernah nembak dia secara resmi, dan gue awalanya juga kaget waktu dia bilang kalau kita udah pacaran. Tapi karena ngga mau memperpanjang masalah dan bikin Zoya kecewa, akhirnya gue mengiyakan aja.

"Pulang yuk, gue ada acara sama anak anak di warung engkong."

"Bentar lagi dong, satenya belom turun ke perut, masih nyangkut di leher." Ujarnya manja.

Sudah lebih dari seminggu gue ngga ke warung engkong, gue cuman pengen angkatan 58 belajar mandiri untuk menghadapi masalah sekarang, tapi sesekali angkatan gue akan datang dan memantau perkembangan disana,  tapi semalam Adnan nelfon gue dan bilang kalau ada masalah berat, dan mereka harus mengadakan rapat dadakan hari itu juga.

-

"Uda, sate Padangnya dua, satunya ngga pakai bumbu kacang Uda."

Beno yang tadinya sibuk memainkan ponselnya, sontak langsung menoleh pada sumber suara yang sangat ka kenali. Dan benar saja, disana ada Nara dan seorang gadis kecil yang nampak memesan sate, kemudian beralih duduk pada meja yang tak jauh dari Zoya dan Beno.

Namun tampaknya Nara tak menyadari itu, ia masih sibuk berbicara dengan gadis kecil yang Beno tau bernama Fika, keponakan Nara yang pastinya juga keponakan Zahir, sahabatnya.

"Biasa aja liat mantannya." Sindir Zoya yang langsung menarik perhatian Beno.

"Apaan si." Ujarnya membuang padangan.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang