50

2K 80 6
                                    

Happy reading

🥀🥀🥀


"Lo yakin ini tempatnya?" Tanya Agam saat melihat gedung tua yang tampak seram dari luar tersebut.

"Yakin bang, karna gue dapet info langsung dari Gino, dia dulu temen gue di Dragon." Balas Fatur.

"Sesuai arahan dari Fatur tadi, dan strategi yang udah kita sepakati bersama, yang masuk cuman Gue, Agam, Daffa, Gibran, Darren, Harun, Haris, Gilang, dan Adnan. Yang lain tetap standbay disini." Ujar Beno mengarahkan beberapa anak Black Wolf yang ia bawa mendekati gedung, karna selebihnya menunggu agak jauh, guna tak menarik perhatian masyarakat, ataupun Genk Dragon yang berada disana.

"Zahir kenapa ngga jadi dateng si?" Tanya Daffa, karna tadi ia telah berencana agar satu team dengan Zahir, tapi sekarang Zahir malah tidak datang.

"Dia ngga bisa, soalnya Nara sendirian di rumah, orang tuanya ada acara di rumah neneknya." Balas Adnan, karna tadi Zahir telah mengabarinya dan Beno, saat mereka masi di rumah.

"Kenapa Nara ngga di bawa aja?"

Mereka disana menatap Agam sangar, apa Agam tidak berfikir dulu sebelum berbicara? Apa otaknya ketinggalan di rumah?

Dengan kesal Gilang menjitak kepala Agam, Agam yang mendapatkan jitakan tentu saja kesal, dan membalas jitakkan Gilang.

"Jangan sok anjing! Gue senior lu!" Bentak pelan.

"Abisnya lo ngomong ngawur! Ngga mungkin lah bang kita bawa Nara! Sementara Nara target mereka." Ujar Gibran membantu menjelaskan.

"Kita bagi tugas, yang namanya ngga ke sebut kalian jaga jaga disini, selebihnya ikut gue masuk."

Kondisi gedung ini sangat mengerikan, sarang laba-laba berada dimana-mana, debu debu juga bertebangan saat mereka memasuki area gedung, Mereka jadi takut sendiri membayangkan apa yang mereka lakukan ditempat seperti ini.

"Kayak ngga ada tempat lain aja sih?" Dumel Heru kesal, karna sedari tadi banyak satang laba laba yang telah menempel pada kepalanya.

"Ngeri banget njir, pasti banyak Miss Kay nya nih." Haris ikut berkomentar.

"Miss Kay siapa Ris? Guru Fisika lo bukan?" Daffa ikut menimpali ucapan Haris.

"Bukanlah bang, Miss Kay itu yang suka bergelantungan di pohon itu loh."

"Siapa si anjirt?"

"Yang sejenis sama cewe Lo bang."

"Siapa anjir? Yang jelas Lo kalau bacot."

"Kuntilanak lah bang, apa lagi." Jawabnya terkekeh pelan. Sementara Daffa hanya menggeleng, mau marah pun apa yang dikatakan Haris memang tidak salah.

"Kalau  gue jadi Lo si gue ngga terima bang." Gibran yang tadinya hanya diam dan memperhatikan sekitar akhirnya ikut menimpali ucapan Haris.

"Keluar dari sini, si Haris gue gantung di depan, biar jadi suami para Miss key." Balas Daffa serius.

Mereka terus masuk dan menelusuri gedung tua ini, sesekali mereka merinding karna hanya mengandalkan cahaya dari senter masing-masing. Mereka telah mengelilingi gedung tersebut, tapi sama sekali tidak ada tanda tanda anak-anak Dragon, bahkan Beno sudah mengumpat kesal.

"Berasa lagi DMS." 

"Bukan lagi, tinggal nyari siapa yang bisa liat, trus komunikasi doang."

"Lo berani?" Tanya Gilang pada Harun dan Haris yang masi berbicarakan hal mistis.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang