33

2.2K 114 3
                                    


Happy Reading
📖📖

Begitu sulit lupakan kamu
Apalagi kamu baik
Begitu susah cari gantinya
Cukup dikenang saja

Maafkan kesalahan
Dan juga kekhilafan
Pernah menancapkan duri tajam
Tak lekang dalam ingatan

Kini kau pergi
Meninggalkanku

Suara Beno menggema di balkon kamarnya, malam ini ia tak kemana-mana dan tidak punya janji dengan siapa-siapa. Rasanya sudah lama sekali Beno tidak pernah MeTime dengan dirinya seperti ini.

Banyak hal yang terlintas dalam ingatan Beno sekarang, sudah tiga tahun mamanya pergi meninggalkan ia dengan keluarga baru papanya, dan selama itu juga tak ada kabar pasti dimana keberadaan mamanya. Beno sudah menghubungi sanak saudara yang ia kenal, tapi semuanya nihil, tak ada yang mengetahui dimana keberadaan mamanya.

Masih sangat segar di ingatan Beno bagaimana papanya membawa istri simpanan dan kedua anak kembarnya ke rumah ini. Saat itu Beno masih kelas 9 SMP, bukan usia yang kecil untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi saat itu.

"Mamah dimana? Beno kangen. " Ujar Beno kembali memetik gitarnya.

Bayangan-bayangan itu bercampur dengan kedatangan Nara ke hidupnya, saat ia menginjak kelas 11 di SMA Cakrawala, ia bertemu dengan garis periang yang mampu menarik perhatiannya, terlebih juga ia punya kesempatan besar karna gadis itu adik dari sahabatnya sendiri.

"Mulai detik ini dan seterusnya Nara Shalsabila adalah pacar dari Beno Alby Asher, Terima gak Terima lo cewek gue, paham!!"

Itu kalimat perintah yang di sampaikan Beno pada Nara dahulu, kalau boleh jujur sebenarnya Beno tidak menyangka jika Nara akan menerimanya dan mereka akan sejauh ini.

Dua tahun bukan waktu yang sebentar dalam pacaran. Banyak masalah, banyak konflik yang telah mereka lalui untuk sampai di tahap ini. Tapi semuanya hancur dengan sekejap, cerita yang sudah terjalin selama dua tahun kandas begitu saja hanya dalam hitungan detik.

"Bengong mulu lo, kesambet mampus. " Entah dari mana datangnya Naufal tiba-tiba masuk dan menganggu ketenangan Beno.

"Ketok dulu peak." Sinis Beno kesal, karna Naufal memang setiap masuk kamarnya tidak pernah mengetok pintu.

"Yaudah sih udah masuk juga, btw lo gak ikut kebawah? " Tanya Naufal berdiri di pembatas balkon.

"Ngapain? "

"Devan sama Devon ulang tahun, lo sebagai kakak gak mau ngucapin atau ikutan ngerayain gitu? "

"Emang mereka siapa gua? Adek? Gua anak bungsu. " Jawab Beno sinis.

Naufal hanya menghela nafas, entah kenapa sampai sekarang Beno belum bisa menerima mereka sebagai keluarganya.

"Kenapa sih susah banget buat lo menerima mereka? Padahal selama ini Bunda Soraya baik loh sama lo, dia bahkan selalu nyiapin keperluan lo, tanpa mikir dua kali, bahkan kalau di liat-liat dia juga lebih sayang ke elo, ketimbang dua anaknya. " Ujar Naufal berpendapat.

Beno terkekeh sinis mendengar ucapan Naufal, apa katanya? Sayang. Mana mungkin ibu tiri akan menyanyangi anak tirinya lebih besar ketimbang anak kandung. Bahkan di dalam dongeng saja tidak ada cerita seperti itu.

"Lo ngelawak? Sumpah lucu banget. "

"Gue serius Ben, bisa gak sih lo liat ketulusan di mata mama Soraya, dia udah berkorban banyak buat keluarga ini? " Ujar Naufal meyakinkan Beno.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang