•••4•••

2.4K 125 1
                                    

•••


"Gue dateng karna lo bawa-bawa dia dalam permasalahan kita." jawab Beno menunjuk Nara dengan tegas.

Beno menatap Nara yang juga tengah menatapnya dengan kecewa, Beno berusaha mendatarkan tatapannya agar Tomi tak semakin menekannya dengan ancaman keselamatan Nara.

"Lo cuman di manfaatin! Miris banget hidup lo," ujar Tomi mengejek Nara, Nara sama sekali tak berkutik, saat ini luka di kaki dan tangannya tak lebih sakit dari luka hatinya mendengar ucapan Beno barusan.

"Gimana kalau cewek ini buat gue aja, dia cantik juga, sayang kalau cuman buat di jadiin pelampiasan. " Sinis Tomi mencolek dagu Nara, Nara tentu saja langsung memalingkan mukanya karna merasa tak sudi saat tangganya Tomi menyentuhnya.

" JAUHIN TANGAN KOTOR LO DARI ADIK GUE!"

Zahir langsung maju tapi langsung di tahan Agam dan Davie, mereka hanya tidak mau kondisi semakin susah di kendalikan

Tomi tersenyum sinis mendapat respon begitu dari Nara, dengan kasar Tomi menarik Nara dari dua temannya dan membawanya mendekat pada Beno dan teman-temannya.

Dengan kasar Tomi mendorong Nara kehadapan Beno, tentu saja dengan sigap Beno langsung menangkap Nara agar tak kembali terjatuh. Nara mengengam baju Beno dengan kuat, ia menahan tangis dan takutnya hingga tubuhnya bergetar, Beno tentu saja memeluk Nara agar bisa lebih tenang, Beno masih menatap Tomi yang tersenyum remeh, jika saja sekarang situasinya menguntungkan mereka, maka Beno tidak akan segan-segan menghabisi Tomi yang sudah berani melukai Nara.

Tomi dan Genk nya kemudian pergi dan meninggalkan mereka dengan perasaan bangganya, karna sudah berhasil memancing perpecahan di antara Genk Black Wolf, mereka yakin jika ingin menghancurkan batangnya, hancurkan dulu akar-akar kecilnya.

"Lepasin aku," gumam Nara lirih, sembari mendorong Beno menjauh.

Beno mengabulkan permintaan Nara. Ia melepaskan dekapannya dan menatap mata Nara yang sedikit sembab, Beno dapat melihat dahi nara yang tampak luka, belum lagi ada darah disudut bibir Nara, Beno tau jika mungkin saja tadi Nara di tampar.

Beno mengusap dahi Nara yang tadinya berdarah tapi sekarang telah mengering , Nara sama sekali tak meringis saat Beno mengusap lukanya itu .

"Ada yang sakit? Kita ke rumah sakit yah" Ujar Beno dengan khawatir. Beno mebgusap sudut bibir Nara, Nar ameringis lalu menggeleng.

Nara menarik kembali tangannya, Beno sedikit bingung dengan respon Nara yang seperti ini.

"Kamu ngga mau jelasin sesuatu dulu?" tanya Nara memastikan.

Beno menggeleng karna ia tak merasa jika semuanya bermasalah. Nara yang menangkap kebingungan Beno tersenyum miris , kenapa ia bisa mencintai orang seperti Beno?.

"Aku bisa pulang sama Zahir, kamu pulang aja," jawab Nara pelan.

Nara langsung masuk kedalam mobil nya di ikuti Zahir, saat melewati Beno, Zahir tak pamit sedikitpun, bahkan ia berlagak tak melihat Beno hingga langsung pergi begitu saja.

Beno yang memang cuek tak mempermasalahkan hal itu , berbeda dengan teman-temanya yang paham banget dengan perasaan Nara.

"Zahir kenapa?" tanya Beno membuat teman-temanya memutar bola mata malas.

"Lo tau ngga gam, kalau gue jadi Zahir udah gue tonjok sampai bonyok." Daffa menyindir Beno terang-terangan.

"Bukan lagi, mungkin langsung gue habisin," jawab Agam geram.

"Yang disindir pura-pura gak tau," ujar Adnan membuat Beno menoleh langsung padanya.

"Nah akhirnya peka,"

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang