•••14•••

2.1K 112 16
                                    

🥀🥀🥀


Tak terasa waktu seminggu telah berlalu, hari ini adalah hari dimana pelantikan genk Black Wolf yang baru. Hari ini adalah hari peresmian mereka menjadi bagian dari Black Wolf, setelah pulang sekolah tadi mereka berkumpul di warung engkong guna mempersiapkan acara pelantikan dan baksos besok siang. Berbagai sembako dan barang-barang yang akan dibagikan telah datang dan dikumpulkan di warung engkong.

Nara dan teman-temanya juga ikut datang dan membantu mempersiapkan semua kebutuhan besok.

"Nara baju sama buku bekas yang lo bawa tadi udah diturunin ?" tanya Zahir menghampiri Nara dan teman-temanya.

Bukan hanya Nara dan sahabat-sahabatnya disana, tapi juga ada cewek-cewek yang tergabung resmi menjadi anggota Black Wolf.

"Masih di mobil bang, mau gue ambil?" tanya Nara menawarkan diri.

"Boleh, lo ambil trus kasih ke Davie di belakang, bawa anak-anak yang lain buat bantu lo."

Nara dan Indira langsung beranjak mengambil apa yang diperintahkan Zahir tadi, saat melewati warung bagian depan, dapat Nara lihat Beno yang tengah duduk bersama Zoya yang sedang makan. Beno tak makan, hanya menemani Zoya dan sesekali menjahilinya.

Tak mau ambil pusing Nara mempercepat langkahnya agar Beno tak menyadari kehadirannya. Setelah kejadian kemarin, baik Nara ataupun Beno sama sekali tak berniat untuk meminta maaf duluan.

"Lo sama Beno udah baikan ?" tanya Indira tiba-tiba.

"Emang kapan pernah baikan?"

Nara menggeleng, sebenarnya Nara sangat ingin bisa berbicara empat mata dengan Beno. Tapi entah kenapa Beno selalu menghindarinya, bisa saja Nara menelpon atau mengirimi Beno pesan, tapi Nara merasa kurang efektif, karna menggigat Beno yang jarang sekali membalas pesan atau mengangkat telephonnya.

"Trus hubungan lo kedepanya gimana? Lo ngga mau minta maaf duluan kayak bisanya?" Sindir Indira, yang tau banget jika Nara lah yang selalu mengalah di dalam hubungan mereka.

"Blom tau sih, tapi gue pengen sekali-kali Beno ngertiin gue Dir, bukan cuman gue yang ngertiin dia terus-terusan, gue juga capek." Balas Nara mengungkapkan maksud hatinya.

"Ibaratnya sepatu, Lo ngga akan bisa gunain sepatu itu buat berjalan kalau cuman satu, sama kayak hubungan, Lo ngga akan buat bisa jalan kalau cuman Lo yang mau melangkah." Balas Dira bijak.

"Sini gue bantu." tiba-tiba saja Daffa datang dan mengambil alih kotak pakaian bekas yang dibawa oleh Indira.

"Gue bisa sendiri." tolak Indira langsung judes.

"Cewek itu ngga boleh bawa yang berat-berat, yang didepan aja udah beratkan." ujar Daffa menaik-turunkan alisnya.

"Daffa sialan !! ." Indira langsung mengejar Daffa yang telah lari duluan, sebelum terkena amukan Indira.

Nara hanya tersenyum tipis melihat kelakuan keduanya, Nara merasa jika Daffa dan Indira akan sangat cocok, apa mungkin mereka jodoh?.

Nara langsung mengeluarkan sekardus buku-buku pelajaran yang masih layak pakai, untuk dibagikan kepada orang yang membutuhkan nanti.

Dengan susah payah Nara mengangkat kardus itu, tapi baru beberapa langkah Nara kembali menjatuhkannya lagi, karna tak kuat mengangkat sendiri.

"Kalau ngga kuat minta tolong buk bos." tiba-tiba saja seseorang mendekat dan membantu Nara mengangkat kardus yang memang lumayan berat itu.

"Ehh ngga usah, gue bisa sendiri Bran." tolal Nara tak enak.

"Ayoklah, lo kayak sama siapa aja." jawab Gibran santai.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang