••••28••••

2.8K 107 7
                                    


Happy Reading
🥀🥀🥀🥀

"Nara."

Nara yang tengah memejamkan matanya perlahan membuka mata saat mendengar pangilan dari orang ia sayangi, siapa lagi kalau bukan mama tercintanya Anita.

"Ma.... Mahh. " Panggil Nara Lemah.

Air mata Anita kembali jatuh saat menyaksikan putri bungsunya kembali siuman setelah seminggu koma. Anita tak pernah menyangka jika keajaiban itu ada, bahkan ia sudah putus asa saat dokter mengatakan tak ada peluang yang besar untuk kesembuhan Nara.

"Iyaa sayang, mama disini. " Jawab Anita mengelus tangan Nara yang ia genggam.

Semua orang disana diam tak bersuara, mereka hanya tak ingin membuat Nara pusing dengan bacotan mereka yang pasti sangat berisik.

"Ada yang sakit nak? Bilang sama mamah? " Tanya Anita dengan khawatir.

Nara tak menjawab, ia hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon jika ia tak kenapa-napa. Saat ini Nara merasa semua tubuhnya sakit, terlebih bagian kepala dan kaki, rasanya seperti dihantam baru besar.

"Jangan di paksain Ra." Ujar Zahir yang berdiri di sebelah kanan Nara.

"Gue gak papa." Jawab Nara lemah.

Zahir berdecak kesal, bagaimana mungkin ia tak apa-apa padahal baru saja siuman setelah koma satu minggu. Nara menatap mereka semua satu persatu, ia mencari orang yang tadi menemaninya, orang yang tadi mengusap tanganya dengan sayang, orang yang sangat ia rindukan.

"Mana Beno? " Tanya Nara menatap Zahir yang tengah berdecak kesal.

Semua orang saling menatap satu sama lain, Anita menatap anaknya prihatin, kenapa di saat seperti ini malah Beno lah yang di cari Nara, bukan papanya atau salah satu sahabatnya Indira gitu yang tidak berada disana.

"Kenapa harus Beno sih? Disini ada gue loh? " Celetuk Agam.

"Karna lo ada disini jadi gak di tanyain. " Ujar Daffa mengeplak kepala Agam.

"Sakitt nyet! "

"Siapa suruh begok. " Cibir Daffa.

"Dih kayak pinter aja. "

"Jelas dong, gue rangking 26 lah lo rangking berapa? 27 kan! Lebih tinggian gue lah. " Jawab Daffa sombong.

"Cuman beda komanya doang anjirr, lo 70,23 dan gue 70,12. Beda tipis coy!" Jawab Agam tidak Terima.

"Bacot lo berdua, gak liat Nara baru sadar, ntar kalau koma lagi gimana??" ujar Adnan menegur mereka berdua.

Anita hanya tersenyum tipis mendengar perdebatan Daffa dan Agam yang sangat random.

"Do'a lu nyet! "

"Kalau gak gitu mereka gak diem. "

"Kamu mau makan atau minum nak? Biar mama ambilin" Tanya Anita menawarkan anaknya.

"Minum mah. "

Zahir menekan salah satu tombol di tempat tidur Nara agar bagian atasnya lebih tinggi, setelah di rasa pas, Anita menyerahkan segelas air mineral yang langsung di teguk Nara.

"Beno mana? "

Lagi-lagi pertanyaan itu dilontarkan oleh Nara, entah kenapa Zahir malah kesal mendengarnya.

"Gak ada, buat apa sih lo nanyain dia muluk. " Decak Zahir kesal.

"Tau lo, gue dari tadi anggurin. " Balas Kaila drama.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang