52.

1.9K 105 23
                                    

Happy reading
🥀🥀🥀

Samuel terlihat memegang pistolnya dan mengerahkan pada seseorang yang kini berdiri di depannya dengan kondisi tersenyum. Beno yang mendengar suara itu dari belakang langsung berbalik dan melihat punggung seseorang yang sangat ia kenali, seseorang yang selama ini telah ia anggab saudara sendiri.

Samuel yang juga syok menjatuhkan pistol yang ia pegang.  ia merasa terguncang saat melihat orang yang telah ia tembak, bukan ia tembak, tapi seseorang yang telah menyelamatkan target utama yang akan ia tembak.

Kaila dan Nara juga melihat itu, mereka berdua tak berkutik sampai Kaila menangis histeris saat orang yang di tembak tumbang begitu saja di tanah.

Agammmmmmm

Kaila langsung berlari mendekati tubuh yang tampak terkapar, tubuh itu terlihat tersesat karna berusaha menahan sakit pada area dadanya, yah peluru itu langsung menembus dada kiri Agam. Agam yang tadinya sibuk menghajar Dragon, dikejutkan dengan Samuel yang tengah mengarahkan pistol pada Beno, hingga dengan reflek Agam berlari dan berusaha menghalangi Samuel agar tidak menembak Beno, namun siapa sangka peluru itu malah menembus dada kirinya.

"Agam jangan tinggalin gue. GAM"Kaila langsung memangku kepala Agam, ia menangis melihat orang yang selalu mengusili dirinya terbaring tidak berdaya dengan dada yang di tembus peluru.

"Lo ngga boleh tinggalin gue Agam? Lo ngga boleh pergi." Tangis Kaila membuat semua orang terdiam, terutama Dragon, karna setelah empat hari menyekap Kaila, baru kali ini mereka mendengar Kaila menangis seperti ini, yang mereka tau Kaila adalah gadis kuat dengan mulut setajam silet.

"Ka...ila... Gue... sasss sayang sam...sama lo." Agam terbata bata mengatakan hal itu, ia merasa oksigen di sekitarnys semakin menipis, ia tidak tau kenapa itu, yang pasti saat ini cuaca semakin membuat dirinya menggigil hingga ujung kakinya perlahan mati rasa dan tidak bisa di gerakan lagi.

"Gue juga sayang sama lo Gam!! gue juga sayang!!" Kaila mengusap kepala Agam dan memeluknya , Agam megusap air mata Kaila sebelom kesadaranya menghilang, ia tidak ingin air mata itu terus berjatuhan dan membuat dadanya semakin sakit.

"Jan...jangan nangiss akhhh!" Agam berteriak kesakitan, sembari meraba dadanya yang sudah berlumuran darah.

Beno dan beberapa anak-anak Black Wolf langsung mendekat dan berada di sisi Agam, mereka semua masih syok dengan keadaan ini.

"Lo kuat bang, jangan kayak begini Pelase."  Gilang berada di sisi Agam, ia ikutan menangis karna tidak kuat melihat Agam yang seperti ini.

"Jagain... Ka...Ka...Kaila, gue... Sayang dia." Bertepan dengan berakhirnya kalimat itu, Agam menutup matanya, semua orang menangis disana, mereka telah kehilangan seseorang yang sangat berarti untuk Black Wolf, mereka telah kehilangan jati diri dari seorang Black Wolf.

Suara serine polisi membuat Dragon panik, namun sayangnya disana hanya ada satu pintu keluar hingga mereka semua terkepung dan akhirnya seluruh anggota Dragon ditangkap.

----

"APA YANG LO LAKUIN DISANA NARA!" bentak Beno keras.

Saat ini mereka semua sudah berada di rumah sakit dan tengah menunggu kabar tentang Agam, Agam tengah berada di ruang operasi, sementara Kaila telah di tempatkan di satu ruangan rawat, dan beberapa anak Black Wolf yang terluka juga sudah mendapatkan pengobatan.

"Gue mau nyelamatin Kaila." Jawab Nara terisak.

Saat ini koridor rumah sakit tengah sepi, hanya ada mereka berdua yang sama-sama menunggu kabar tentang Agam dan Kaila yang berada di ruangan yang sama. Beno terkekeh sinis mendengar jawaban Nara yang menurutnya sangat lucu.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang