•••7•••

2.3K 130 2
                                    

••••

"Nara kamu hormat yang benar!!"

"Kaila kamu bisa berdiri yang tegap gak sih? Letoy banget!"

"Indira besok kalau kamu masih pakai sepatu itu, saya gunting sepatu kamu."

Saat semua warga sekolah tengah pusing memikirkan soal-soal yang di berikan guru, Nara dan kedua sahabatnya malah menikmati panasnya matahari pagi. Karna tadi saat belajar dengan buk Diyah, mereka malah enak-enakan tidur, dan tidak mendengarkan buk Diyah yang sudah bercerita di depan kelas. Guru mana yang tidak kesal sudah capek-capek menjelaskan pelajaran, muridnya yang akan di ajar malah tidur tanpa dosa. Jadilah sebagai hadiah mereka harus hormat bendera sekaligus menikmati panas matahari yang sedikit membakar kulit.

"Panas banget," keluh Kaila yang masih dapat di dengar buk Diyah dadu pinggir lapangan.

"Jangan ngeluh mulu Kaila, kalian ini hanya disuruh belajar malah tidur, mau jadi apa negeri ini kalau generasi mudanya seperti kalian ini," sindir buk Diyah.

"Lagian buk, gunanya kita belajar sejarah itu apa sih?, percuma buk karna sejarah nggabisa diulang," sahut Indira kesal.

"Kamu tanya apa gunanya? Kamu pikir kita merdeka itu di download!!, semua  butuh perjuangan, semua butuh pengorbanan, bikin mie instan aja yang katanya instan harus kamu perjuanggin buat memasaknya. Kalian pikirin ngga gimana susahnya para pahlawan kita berjuang, kalian hanya di suruh hormat saja ngga mau," cibir buk Diyah.

"Kalau seandainya Jepang ngga menjajah negara kita, buku Sejarah kita setebal apa yaa buk?" tanya Nara berandai-andai.

Buk Diyah hanya menggeleng tak tau, bahkan ia tak pernah memikirkan sampai kesana.

"Sudah kalian jangan bertanya terus, pertanyaan kalian sangat tidak berbobot, saya mau lanjut mengajar kelas lain, tunggu sampai bel berbunyi baru kalian bisa pergi," perintahnya dengan tegas.

Mereka bertiga hanya menganguk agar buk Diyah cepat pergi dan mereka bisa kabur. Saat buk Diyah sudah tak terlihat lagi mereka langsung beranjak pergi sebelum suara berat seseorang menghentikan mereka.

"Mau kemana kalian bertiga?"

Mereka bertiga langsung berbalik dan menatap sumber suara, Nara hanya mendengus karna pergi macan betina datang serigala jantan. Ibaratnya keluar mulut singa masuk mulut buaya, sama aja yhahaha.

"Ehh kak Zahir," celetuk Kaila pelan.

"Siapa yang nyuruh lo bertiga pergi? buruan hormat lagi," perintah Zahir, memangku kedua tangannya.

"Kakak ngapain disini? ngga belajar?" tanya Nara tak berdosa.

"Harusnya gue yang nanya begitu, kalian bertiga ngapain disini? ngga belajar," sindir Zahir.

"Kan kita di hukum kak, yaa gak belajar lah," jawab Kaila dengan polos.

Indira dan Nara menatap Kaila tajam, emang si Kaila minta di seledeng kepalanya.

"Kenapa lo bilang," bisik Indira kesal.

"Lah emang kenapa? Kan tadi kak Zahir tanya kita bertiga ngapain disini? Yaaa gue jawab lah, trus salahnya dimana?" tanya Kaila ngotot, pasalnya ia sudah berkata jujur.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang