🥀🥀🥀
"Beno kamu bisa berdiri yang bener tidak!!"
Penggaris besi seukuran 30 cm melayang ke arah kaki Beno yang sedari tadi bergerak tak karuan.
"Daffa sekali lagi kamu mengeluh, saya tambah hukuman kamu."
"Zahir kamu itu OSIS, harusnya kamu kasih contoh yang baik dong."
"Davie hormat yang bener!!"
"Adnan besok kalau rambut kamu masih seperti ini, saya gundulin kamu."
"Gilang kamu masih kelas 10 tapi sudah ikut - ikutan senior kamu, yang ngga benar ini!."
Sudah setengah jam lebih anggota Black Wolf dihukum di lapangan, tapi tidak ada niatan dari buk Diyah untuk menghentikan hukuman mereka, bahkan mereka sudah menjadi tontonan dari warga sekolah yang berlalu lalang di koridor semenjak tadi.
"Anjirt sampai kapan sih ini." tanya Daffa sudah mulai kesal.
"Baru setengah jam goblok."
"Ben lakuin sesuatu kek." Davie yang biasanya anteng, bahkan juga ikut-ikutan mengeluh.
"Buntu otak gue." jawab Beno santai.
"Bang seru juga yaa dihukum kek gini, jadi ngga ikut pelajaran pak Anwar," ujar Gilang bahagia.
"Penerus lo nih ben." ujar Zahir menyikut Beno.
Beno diam tak menanggapi ucapan Zahir, karna menurutnya Gilang sama sekali tidak mirip dengan dirinya, kecuali dalam ke nakalan seperti ini.
Saat matahari sedang terik-teriknya, suasana hati Beno malah semakin panas melihat pemandangan yang membakar hatinya. Nara, pacarnya tengah berjalan berdua bersama seorang cowok yang sangat ia benci.
"Ben liat deh, ada cowok tuh yang deketin Nara." Daffa melirik Nara yang tengah melewati koridor didepan mereka.
"Dia butuh bersosialisasi." jawab Zahir yang melihat juga.
Rasanya sangat ingin menghampiri mereka dan menghajar Cowok itu habis-habisan. Saat buk Diyah terlenggah, Beno langsung kabur dan meninggalkan teman-temanya di sana.
"Bang Beno mau kemana bang?" tanya Gilang pada Adnan yang berdiri di sampingnya.
"ngga tau, paling mau kasih pelajaran." jawab Adnan cuek.
"Ehh ke siapa bang?" tanya Gilang tak tau apa-apa.
"Jangan bicara terus!!!"
Bentakan buk Diyah membuat mereka terkejut, bahkan Davie yang berdiri paling dekat dengan buk Diyah mengusap dadanya guna menenangkan diri.
"Anjirt ni guru suaranya ngga kalah sama toa orang tawuran." ujar Davie dalam hati.
"Siapa suruh kalian menurunkan tangan kalian." tanya beliau sinis.
Mereka semua kompak kembali hormat pada bendera, buk Diyah melibat ada yang aneh dengan mereka, seperti ada yang berubah tapi apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tak Tepat Waktu
Novela JuvenilNara Salsabila mencintai Beno Alby Asher dengan segenap hatinya. snamun yang dicintai belum tentu merasakan hal yang sama. manusia memiliki prioritasnya masing-masing, itulahyang selalu diyakini Nara dalam mencintai Beno, Nara tidak sadar jika keya...