•••2•••

3.2K 168 4
                                    


••••

"Sendiri aja ?" tanya Nara pada seseorang yang sudah menemaninya selama dua tahun ini.

"Keliatannya gimana?" Jawab Beno tanpa menatap Nara sedikit pun.

Suasana hari ini cukup panas, matahari bersinar sangat cerah, dan membuat mata silau.

Nara memperhatikan Beno yang tengah merokok, walaupun masih di dalam lingkungan sekolah, tak sekalipun Beno merasa takut akan ketahuan, karna seperti yang orang tau SMA Cakrawala sangat ketat dengan peraturannya.

"Tumben ngajakin aku ketemu?"

Beno hanya diam tak menanggapi ucapan Nara, cowok itu masih asik dengan rokoknya, "Buang dulu, atau kau pergi?"

Beno tak bergeming, merasa tidak dibutuhkan Nara langsung beranjak pergi.

Tapi baru saja Nara akan pergi, dengan sigap Beno menahan tangan Nara , hingga Nara kembali duduk lagi di sampingnya.

Tanpa di suruh Beno beranjak membuang rokok yang ia gunakan dari tadi, kemudian kembali duduk di samping Nara yang masih setia memperhatikan Beno yang membisu.

"jadi?"

"Kenapa tadi dihukum?" tanya Beno menatap Nara dengan tatapan hangatnya.

"Tidur, Abisnya aku ngantuk, ngga bisa di tahan lagi. " Jawab Nara polos sembari tersenyum manis, memperlihatkan dua lesung pipi yang lumayan dalam. 

Beno membetulkan poni Nara yang mengahalangi wajah cantik sang pacar.

"Kebiasaan, semalam ngapain? drakor lagi ?" tanya Beno yang sudah tau alasan sang pacar.

Nara mengangguk semangat, kemudian menceritakan filem yang membuat ia begadang semalaman. Beno memperhatikan dan menyimak setiap cerita Nara , bagaimana ekspresi Nara saat sedih atau senang dalam menceritakan filem yang sebenarnya sama sekali tak di mengerti oleh Beno.

"Aku kesel banget sama cast cowok lebih yang mentinggin egonya, padahal orang-orang juga tau, kalau cewek itu ngga salah, tapi cowoknya ngga mau denger dan tetap memilih ninggalin cewek Itu."

Nara menyandarkan kepalanya pada bahu tegap Beno, dengan perlahan Beno mengelus rambut panjang Nara guna menenangkannya, sepertinya Nara sudah mulai capek bercerita panjang lebar.

"Kadang aku suka mikir deh Al, kenapa harus ada akhir yang sedih?, kenapa gak Semua cerita itu akhirnya bahagia aja?"

Beno mengusap kepala pacarnya, kadang Beno merasa lucu dengan Nara yang polos begini, Beno sering gemas sendiri dibuatnya.

"Karna emang itu jalanya, takdir kita gak ada yang tau, bisa aja kisah kita kayak mereka, lo sama pilihan lo , dan gue sama pilihan gue, walaupun kita udah pacaran lama." mendengar penjelasan Beno, Nara langsung menatap Beno yang juga menatapnya.

"Kamu berharap kisah kita begitu? aku gak mau, pokonya kamu harus sama aku, selamanya!" Ujar Nara tegas.

"Iya tau, kan gue cuman berandai-andai aja." ujar Beno membujuk Nara yang tampak kesal dengan jawabannya tadi.

"Al nanti pulang sekolah, temenin aku ke Gramedia Yaa, mau beli novel baru soalnya." ajak Nara.

"Ngga bisa deh kayaknya, gue udah ada janji sama anak-anak di warung engkong, lo pergi sama teman-teman lo aja" Tolak Beno begitu mendengar ajakan Nara.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang