29

2.6K 123 19
                                    


Happy Reading
🥀🥀🥀🥀

Nara menatap jengah pada siaran televisi yang sedari tadi menayangkan filem romansa menye-menye semua, Nara kesal karna setiap filem yang ia nonton membuat alur yang sama, yakni sahabat jadi cinta.
Nara sangat tidak percaya hal tersebut, karna bagi Nara, sahabat yah sahabat, cinta yah cinta. Kalaupun salah satu diantara mereka menyimpan rasa, gak seharusnya di pendam seperti itu kan? Karna sama saja dengan menyakiti diri sendiri.

Satu hal yang membuat Nara semakin kesal adalah, filem itu seolah mengambarkan kehidupannya sekarang.
Pacarnya lebih mementingkan sahabatnya, kemudian mereka putus, lalu menjalani hidup masing-masing, Nara semakin gondok karna mereka tidak bersatu, yang bersatu adalah dua sahabat yang berakhir dengan saling mencintai. Nara sangat membenci akhir dari filem tersebut.

Nara mematikan televisi, kemudian beralih pada ponselnya yang tidak berguna, saat kecelakaan kemaren ponsel Nara hilang, Zahir pun membelikannya ponsel baru tadi pagi. Namun sayang, dengan bodohnya Zahir lupa membeli kartu perdananya, sama saja tidak bisa digunakan juga.

Ditambah lagi saat ini Nara hanya sendirian, mamanya ada keperluan kantor, papanya dinas di Pulau Sumatera, abang gak bergunanya malah sibuk dengan Genk mereka yang ada problem dengan genk lain.

Disaat kebosanan melanda nya, Nara mendengar pintu terbuka dari luar, Nara sangat berharap jika itu mamanya atau paling tidak Sahabat-sahabatnyalah yang datang.

Tapi ternyata ketiga opsi itu salah, yang datang adalah Azka dengan dua temanya yang Nara tidak ketahui namanya tersebut.

"Haii... " Ujar Azka saat melihat Nara yang juga tengah menatapnya.

"Hai juga, silahkan masuk. " Jawab Nara lansung memperbaiki duduknya, sebab tadi Nara setengah berbaring dan terlihat tidak sopan jika ada tamu begini.

Azka dan kedua sahabatnya masuk dan berdiri si sisi ranjang Nara, terlihat Azka membawa buah tangan berubah buah dan sebuket bunga yang sangat cantik.

"Gue gak tau lo suka apa, jadi gue bawa hal umum yang dibawa orang saat membesuk orang sakit, buah sama bunga. " Ujar Azka memperlihatkan buah tanganya.

"Iyaa gak papa, makasih kak. " Jawab Nara merasa merepotkan.

"Oia silahkan duduk kak, masak berdiri terus sih. "

Kedua sahabat Azka duduk di sofa yang terletak tak jauh dari Nara, sementara Azka sendiri lebih memilih duduk dibangku yang berada di sisi ranjang Nara.

"Itu sahabat -sahabat gue, yang itu Haikal,kalau yang itu Ryan. " Ujar Azka memperkenalkan dua sahabatnya.

"Owhh haii salam kenal kak." Balas Nara pada mereka berdua, mereka berdua hanya tersenyum karna bingung mau jawab apa juga.

"Btw lo tau dimana gue disini kak? " Tanya Nara berbasa basi.

"Sherly sepupu jauh gue, jadi yah gitu dia cerita tentang lo. Btw kok lo sendirian aja? Nyokap bokap lo gak nemenin? Zahir juga kemana? "

"Nyokap gue ada urusan di kantornya, kalau bokab lagi dinas di Sumatra, Zahir sih lagi ke tongkrongannya, katanya sih ada masalah gitu. " Ujar Nara menjelaskan.

"Bokab lo TNI kan yah? Gimana sih suka dukanya jadi anak TNI?" Tanya Azka memulai obrolan.

"Yah harus siap di tinggal kemana-mana, apalagi kalau ada konflik gitu, suka takut dan khawatir kalau bokab kenapa-napa. " Balas Nara jujur.

"Do'ain gue yah, rencananya tamat SMA ini gue pengen ikut seleksi, semoga aja lulus. "

"Dih beneran? Wahh pasti gue do'ain kok, gue 100% dukung lo. " Ujar Nara semangat.

Tak Tepat WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang