🍁MALAIKAT KECIL🍁[END]

8.5K 450 19
                                    

"Melahirkan itu sebuah anugerah, bukan suatu hal yang membuatmu takut."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
🌻DISYA PUTRI ANANTA🌻

~HAPPY READING~

Mobil yang di tumpangi oleh Rahma untuk membawa Disya kini sudah sampai di parkiran rumah sakit.

Selama perjalanan Disya terus meringis menahan sakit yang amat di perutnya itu. sesekali dirinya mencengkram kuat tangan Rahma yang berusaha menenangkan keadaanya.

Hanya satu harapan bagi Disya sekarang, dia bisa melewati ketakutannya dan bisa melewati semua prosesnya dengan baik tanpa adanya ketakutan.

"Kamu yang tenang ya sayang, sebentar lagi suami kamu pasti datang" Ucap Rahma dengan nada yang gemetar.

Jujur saja bukan hanya Disya yang tak bisa tenang, namun Rahma pun sama di buat tak tenang dan terus-terusan khawatir di buatnya.

"Pak. tolong bantu bawa Disya" Perintah Rahma pada supir pribadinya.

"Baik bu." balas sang supir.

Dengan penuh kehati-hatian Rahma serta sang supir membopong tubuh Disya untuk masuk kedalam rumah sakit.

Dengan nafas Disya yang sudah mulai tak beraturan, dirinya terus saja berusaha kuat. ini demi anaknya-pikirnya.

Namun tak berlangsung lama, para petugas serta perawat disana langsung menyediakan brankar lalu membawa Disya menuju ke ruang persalinan.

Argan, Aditama, serta Alex pun kini sudah sampai di rumah sakit yang di beritahukan oleh Rahma, tanpa basa-basi lagi Argan langsung saja berlari tergesa-gesa masuk ke dalam.

Dirinya segera menanyakan pada staf rumah sakit disana, setelah mendapat informasinya, dirinya pun kembali berlari mencari ruangan yang di sebutkan tadi.

Aditama serta Alex hanya mengikuti Argan. keduanya memaklumi kehawatiran sang anak, karena keduanya pun merasakan hal yang sama.

Akhirnya Argan menemukan sang Bunda yang sedang ter duduk di bangku yang tersedia, wajah cemas ia dapatkan kala sang bunda manatapnya.

"Gimana keadaan Disya bun?" Tanya Argan tanpa berbasa-basi.

"Disya sedang di tangani sayang, kamu tenang dan berdoa" Balas Rahma mencoba menenangkan sang anak.

Argan berdiri di depan pintu yang berhiaskan kaca itu, melihat sedikit dari celah yang ada di sana, dimana sang istri sedang terbaring lemas dengan peluh di wajah imutnya itu.

Cemas? tentu saja. siapa suami yang tak cemas kala melihat sang istri berjuang hidup dan mati demi melahirkan seorang anak. itulah yang di rasakan oleh Argan.

Bayang-bayang perbuatanya di masalalu terlintas kembali, dimana saat dirinya dengan bodoh merusak Disya tanpa berfikir apa yang terjadi di masa depan.

Namun di satu sisi, dengan adanya kejadian itu membuat dirinya mendapatkan cinta dan kebahagiaan sesungguhnya.

Haruskah Argan bersyukur atas kejadian itu?.

A R G A N [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang