Hari ini adalah hari pertama Della akan menjalani kehidupan baru di apart. Della mengawali paginya dengan sarapan seadanya, yang terpenting bagi Della cukup untuk mengisi tenaganya.
Della masih tidak habis pikir dengan semua permasalahan yang tiba-tiba saja muncul di kehidupannya. Permasalahan itu berhasil merubah segalanya, menjauhkan Della dari rasa kebahagiaan dan mendekatkan Della pada rasa keterpurukan. Della pun semakin yakin akan tekadnya yang akan mulai merubah dunianya sendiri.
Della mengemasi piring yang tadi digunakannya untuk dicuci. Setelahnya Della menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke sekolah.
Della tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin. Kemudian membenarkan ikatan rambutnya yang masih terlihat berantakan.
"kalau bukan diri gue sendiri, lalu siapa lagi?" ujar Della pada dirinya sendiri.
Della memasukkan buku diary ke dalam tas nya kemudian menatap boneka beruang yang terpampang di cermin. Della mendekatinya lalu duduk di tepi kasur. Della membawa Palu ke dalam pangkuannya, tangannya bergerak untuk mengusap bulu-bulu halus yang mendominasi tubuh Palu.
"Bantu Della buat jalanin hidup Della ya?"
Della kembali meletakkan Palu pada tempatnya semula. Ia mulai berjalan keluar apart dengan ransel yang berada di punggungnya. Della tersenyum saat ojek online yang dipesannya sudah berada di hadapannya. Della menerima helm yang diulurkan untuknya kemudian memakainya.
Dalam perjalanan, Della menatap gedung-gedung bertingkat yang dilaluinya. Della menatap benda yang berada di pergelangan tangan kiri nya lalu mengendikkan kedua bahunya. Ia masih memiliki banyak waktu hingga bel masuk berbunyi.
Della turun dari motor kemudian memberikan helm yang dipakainya dengan beberapa lembar uang untuk membayarnya. Della membenamkan anak rambutnya yang berantakan ke belakang telinga sebelum masuk ke dalam kawasan sekolah.
Banyak pasang mata yang menatap heran pada Della. Della terus saja menampakkan raut wajah datarnya tanpa senyuman sedikit pun.
Mata Della tak sengaja menangkap Lio yang tengah duduk bersama Nita di bangku koridor dekat kelas. Della segera memalingkan pandangannya dari sana dan bergegas memasuki kelas.
"Hai, Del!"
Veli mengernyit bingung saat Della tidak membalas sapaannya. Veli kemudian merubah posisi duduknya menghadap sahabatnya itu.
"Del, lo lagi badmood ya?"
"Nggak."
"Terus? Kenapa lo jadi dingin gini?"
"Pengin aja."
Veli menghela nafas gusar. "Del, gue serius nanya, lo kenapa?"
Della tidak menjawabnya. Ia lebih memilih untuk mendengar lagu lewat earphone yang terpasang di telinganya. Della mengeraskan volumenya hingga tak lagi mendengar suara Veli.
"Del, lo nggak usah sengaja naikin volume biar nggak denger gue ngomong. Gue tau lo lagi dengerin lagu."
Veli menarik earphone yang dipakai Della lalu menatap perempuan itu untuk menuntut jawaban. "Gue denger lagu yang lagi lo putar. Jawab pertanyaan gue, Del!"
"Gue nggak kenapa-kenapa. Gue permisi."
Veli menatap punggung Della yang semakin jauh dari pandangannya. Veli merasa Della berbeda hari ini. Pandangan Veli berganti pada bangku Nita yang tak berpenghuni.
"Vel, Della kenapa?"
Veli menoleh pada Riana yang melemparkan pertanyaan padanya. Veli menggeleng, kedua sudut bibirnya terlihat tertarik ke atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...