Ternyata bahagia itu gampang, tinggal ketawa haha hihi aja udah keliatan bahagia.
~Fredella Karolina Emery~
<>
Seorang pemuda yang kini berstatus sebagai anak dari seorang pemilik sekolah Adhitama, berdiri di balkon kamarnya. Kedua tangannya ia gunakan sebagai penyangga, matanya yang menatap lurus ke depan dengan memikirkan sesuatu yang sedari tadi terus berputar di dalam otaknya. Tentang perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dalam benaknya. Perasaan aneh itu hadir tanpa permisi masuk ke dalam hatinya. Pada siapa dan bagaimana rasa itu tumbuh, ia sama sekali tidak tahu.
Saat sedang memikirkan hal itu, bayangan seseorang yang tengah tersenyum manis kepadanya terlintas dengan sendirinya. Tanpa sadar, bibirnya tertarik ke atas membuat satu lengkungan indah. Sedetik kemudian, ia menggelengkan kepala ketika menyadari apa yang dipikirkannya.
Udah gila gue, batinnya.
Pemuda itu membalikkan tubuhnya, melangkah masuk ke dalam rumah. Diambilnya kunci motor yang tergeletak di atas nakas, kemudian langsung bergegas menuruni tangga.
"Mau kemana, Den?" Tanya bi asih yang bekerja sebagai ART di rumah itu membuat laki-laki itu menghentikan langkahnya.
"Keluar." Bi Asih sudah memaklumi jawaban yang terlontar dari anak majikannya, sifatnya memang seperti itu.
Laki-laki itu keluar dari pekarangan rumahnya menggunakan sepeda motor nya. Melaju dengan kecepatan di bawah rata-rata membelah padatnya jalan raya menuju sebuah tempat yang biasa ia kunjungi ketika ia merasa bimbang.
<><><>
Sesampainya di sana, ia berhenti untuk memarkirkan motornya di parkiran yang sudah disediakan di sana.
Setelah memesan minuman, ia beranjak pergi ke meja paling pojok dekat jendela. Ia memang suka duduk di meja ini, karena ia bisa menikmati minumannya sekaligus menikmati pemandangan di luar sana.
"Lo, Lio kan? Temennya Della?" Tanya seseorang yang langsung menerobos duduk di kursi depannya membuat mereka harus berhadapan.
Laki-laki itu mengangguk.
"Ngapain lo di sini?"
"Bosen."
"Gue tau, lo lagi galau kan? Iya kan? Ngaku lo!?" Lio menaikkan sebelah alisnya.
"Lo udah tau gue kan? Udah tau nama gue kan? Yah, secara gue kan ganteng, banyak cewek yang kepincut sama kegantengan gue."
"Lo Candra kan?"
"Tepat sekali!" Pekik Candra menjentikkan jarinya membuat Lio tersentak, tapi sebisa mungkin ia mengubah rautnya seperti semula.
"BTW, lo ada masalah?" Tanya Candra serius. Lio menyeruput minumannya lalu menggeleng pelan sebagai jawabannya.
"Lo nggak bisa bohongin gue, gue tau lo lagi ada masalah. Gue bisa baca isi pikiran orang lewat tatapan mata ya," gurau nya.
Lio menghela nafas gusar, sedetik kemudian ia mengangguk. Memang benar ia memiliki masalah, masalah tentang perasaan aneh yang menyelinap dalam hatinya, bayangan seseorang yang selalu saja menghantuinya.
"Lo boleh cerita sama gue, anggep gue sebagai temen lo sendiri, karena lo temen Della, lo boleh cerita apa aja ke gue. Gue siap bantuin lo kalo emang gue bisa."
Lio cukup lama menimang tawaran sosok di hadapannya ini. Tapi, apa boleh buat? Mungkin cerita ke orang lain bisa membuat perasaannya lega.
"Gue bingung sama perasaan gue sendiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...