Pemandangan di depan sana berhasil membuat senyum Della merekah. Kicauan burung yang merdu, dan udara yang terasa sejuk. Duduk dengan beralaskan rumput menambah sensasi untuk menikmati senja sore ini walaupun ada sesuatu yang mengganjal hatinya perihal tempat ini.
Della belum kembali ke apartmen sejak sepulang sekolah, itu karena Galen yang mengajaknya ke sini.
Lagi-lagi Della tidak masuk kerja untuk kesekian kali nya, jika kemarin adalah kemauannya, hari ini adalah kemauan Arsa yang menyuruhnya tetap istirahat.
Tatapan Della terus mengarah ke depan dengan binar mata yang menyorot. Tanpa gadis itu sadari, Galen sedari tadi menatap Della dari samping, mengamati wajah Della yang selalu cantik ketika tersenyum. Rambutnya yang bergerak karena tersapu angin, membuat Galen ingin berlama-lama menatap gadis di sampingnya.
"Del, gue minta maaf ya karena gua lancang ajak lo ke tempat yang jelas-jelas gue pernah bikin lo kecewa di tempat ini."
Della yang mendengar itu, sontak menoleh ke samping. Tatapan mereka bertemu untuk waktu yang tak lama sebelum Della mengalihkan kembali ke arah depan.
"Santai aja kali," ujarnya lalu terkekeh.
Galen mengangguk, laki-laki itu merebahkan tubuhnya di sana dengan tangan kirinya yang dijadikan sebagai tumpuan kepala. Galen yang melihat Della ingin merebahkan tubuhnya, dengan gerakan cepat, Galen mengulurkan tangan kanannya agar dijadikan bantal Della.
"Singkirin tangan lo!"
"Nggak, lo tiduran aja gapapa, pakai tangan gue biar kepala lo nggak sakit."
"Gila ya lo, tangan lo bisa pegel tau nggak!"
"Ya udah biarin aja, gue nggak peduli. Udah sih, lo tiduran aja."
"Awas lho ya kalau pegal, jangan salahin gue."
Dengan ragu, Della merebahkan tubuhnya di samping Galen dengan beralaskan rumput. Della meringis ketika kepalanya berhasil mendarat di lengan kanan Galen.
"Udah sih santai aja, paling nanti gue minta lo pijetin tangan gue," celetuk Galen yang berhasil membuat Della menoleh tegas.
"Tuh kan!"
"Nggak, Del. Gue becanda, baperan banget sih lo!" ejek Galen lalu tertawa.
"Nih ya gue jelasin, baperan itu wajar karena punya hati, punya respec sama orang lain. Nah, orang yang bilang nggak baperan, itu yang perlu ditanyain. Hahaha!"
"Gue nggak baperan tuh, buktinya gue masih respec sama orang lain."
"Nggak baperan gimana, buktinya lo aja suka sama gue, jujur aja lo juga pasti ngarep kita balikan kan karena kita sedekat ini? Ngaku lo, hahaha!"
Ucapan Della berhasil membuat Galen terdiam, walau terdengar becanda, tetap saja Galen merasa apa yang dikatakan Della itu benar. Galen mengharapkannya.
"Lo diem berarti iya."
Della terkekeh, tangan kanannya terangkat untuk menutup mulutnya karena menguap, angin yang meniup tubuhnya berhasil membuat gadis itu ingin pergi tidur.
"Oh ya, ngomong-ngomong lo kenapa ajak gue ke sini?" tanya Della tanpa mengalihkan pandangannya.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo."
"Mau ngomong apa?"
"Tapi lo jangan marah."
Della menautkan kedua alisnya. "Marah? Memangnya lo mau ngomong apa sih? Mau ngajak gue balikan?"
Galen berdecak pelan, bisa-bisanya Della bercanda di saat Galen tengah merasa gugup dan bingung harus memulainya dari mana.
"Gue mau ikut bonyok ke London."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fredella
Teen FictionKeharmonisan kerap kali disebutkan pada sebuah hubungann yang berjalan tanpa diiringi masalah. Namun apakah pernah terpikir bahwa akan ada sebuah luka pedih yang menghantam di kehidupan selanjutnya? Memberi harapan dengan menyembunyikan kenyataan i...