Fredella _11_

223 10 0
                                    

Sedih terus itu nggak akan ada gunanya. Karena ada hal baik disetiap apa yang terjadi.

~Fredella Karolina Emery~

<>

Hari semakin malam, hawa dingin mulai menembus kulit seorang gadis yang sedari tadi berjalan tak tentu arah, langkah kakinya terus berjalan tanpa tahu kemana arah tujuannya kali ini. Kemana ia akan mencari tempat tinggal, di mana ia akan tinggal, dan dengan siapa ia akan menjalani hidupnya yang miris ini.

Derasnya hujan mampu menyamarkan air matanya yang terus meluncur seakan tak mau berhenti. Hujan nyatanya tidak mampu menghentikan langkah gadis itu. Bahkan, seruan orang-orang yang berlalu lalang di sekitarnya yang menyuruhnya untuk meneduh, tidak ia dengarkan. Tatapannya kosong, tak tahu lagi kemana, dimana, dan dengan siapa ia hidup.

Ia begitu berharap Tuhan akan mengirim seseorang untuk menolongnya. Kini dirinya hanya seorang diri, tanpa ada siapapun yang berada di kanan kirinya ia berdiri sekarang.

Gadis itu berhenti, tatapannya terkunci dengan pemandangan yang mampu membuatnya sesak. Seorang ibu yang begitu mengkhawatirkan anaknya yang terlihat seperti sedang kedingingan, memeluknya begitu erat berharap mampu memberikan kehangatan untuk anaknya. Menciumnya berkali-kali dengan penuh kasih sayang.

Berbeda dengan dirinya, jangankan diperlakukan seperti itu, ditatap dengan tatapan yang lembut saja tidak. Miris sekali, bukan?

Gadis itu terduduk lemas di atas trotoar, mengapa Tuhan mengujinya begitu berat? Ia tidak sanggup menjalaninya, rasanya begitu berat untuknya terima.

"Kenapa orang tua Della tega mengusir Della? Bahkan Della anak kandung mereka, darah daging mereka. Kenapa?" gumam Della memeluk lututnya sendiri.

Apa rencana Tuhan kali ini? Apa yang akan terjadi pada dirinya setelah semua ini terjadi? Akankah ia mampu bertahan, ataukah mati dengan keadaan mengenaskan?

Sibuk dengan pikirannya sendiri, gadis itu sampai tidak mendengar suara klaskon mobil yang sedari tadi berbunyi.

"DELLA, NGAPAIN KAMU MALAM-MALAM DI LUAR SENDIRIAN?!" teriakan seseorang mampu membuyarkan lamunan gadis itu. Della mendongak setelah merasakan air hujan sudah tidak lagi membasahinya.

"Dad-Daddy!" Bahkan untuk memanggilnya saja lidahnya begitu kelu, tubuhnya bergetar begitu hebat.

"Kenapa kamu malam-malam sendirian di sini, Della? Kamu mau kemana?" tanya seseorang yang dipanggil Daddy itu, dengan berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis di depannya ini.

"Della-

"Sudah sudah, jelaskan nanti saja di rumah Daddy, sekarang kamu ikut Daddy ke rumah, bisa sakit kamu hujan-hujanan begini." Della menurut saja, bahkan karena begitu hancur kehidupannya sampai-sampai ia lupa bahwa masih ada pamannya yang biasa ia panggil 'Daddy' tinggal di kota ini.

Begitu sampai di rumah, seorang istri yang membuka pintu rumah tersebut dibuat terkejut dengan keduanya.

"Della?! Mas, ini kenapa kalian basah kuyup kayak gini?"

"Biarin Della masuk dulu, Ris, kasihan dia kedinginan," ujar Arie, paman Della, mengusap kepala istrinya sayang.

"Ayo Della, mommy antar ke kamar kamu." Della mengangguk, Risa mengambil alih salah satu koper yang dibawa Della ke tangannya.

"Kamu ganti baju dulu, abis itu temui mommy sama daddy di bawah ya?" ujar Risa mengusap lembut kepala Della membuat mata gadis itu kembali berkaca-kaca.

Setelah mengganti pakaiannya yang basah dengan pakaian yang kering, gadis itu bergegas menghampiri paman juga bibinya di lantai bawah. Ternyata pamannya sudah duduk di sofa ruang tengah, beliau tidak sendirian, ada seorang laki-laki bertubuh jangkung yang kini mulai beranjak dewasa. Itu Arsa. Nama Arsa diambil dari nama kedua orang tuanya. Arie dan Risa.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang