Fredella _16_

229 10 0
                                    

Della berjalan menyusuri koridor, senyumnya terus mengembang. Kejadian kemarin terus berputar di dalam otaknya. Cintanya yang hanya bertepuk sebelah tangan nyatanya salah, Lio membalasnya, membalas cintanya yang tidak dimengerti kapan datangnya. Bahagia memang, tapi semenjak kejadian itu, ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia menepis semua itu, berharap apa yang mengganjal itu tidak meledak di roda kehidupannya.

Della terlonjak saat seseorang menariknya kuat hingga tubuhnya berbalik. Della mengernyitkan dahinya bingung dengan kelakuan Veli yang tiba-tiba.

"Kenapa?" bingungnya.

"Ikut gue!" paksa Veli kembali menarik tangan Della menuju tempat yang membuatnya seperti itu.

"Kemana?"

"Mading." Della kembali dibuat heran dengan sikap Veli yang terlihat berbeda hari ini. Tidak biasanya dia sedingin dan sedatar itu. Ada apa ini? Perasaannya medadak menjadi tidak enak.

Dari kejauhan, Della dapat melihat banyak orang yang mengerumuni mading. Della mengernyitkan dahinya heran ketika banyak pasang mata yang menatapnya sinis.

Della membulatkan matanya, air matanya meluncur begitu saja. Dirobeknya kertas yang menempel di Mading tersebut. Della menundukkan pandangannya, tak berani menatap orang-orang di sekitarnya.

"Ih jijik gue sama dia," bisik salah satu siswi di sana.

"Ternyata dia murahan ya," ujar teman di sebelahnya.

"Veli ko masih mau temenan sama dia sih? Kalo gue jadi dia ya, mending gue jauh-jauh deh."

Veli menatap tajam mereka yang berani menjelek-jelekkan sahabatnya. Apa-apaan mereka? Mengambil kesimpulan tanpa mengetahui kebenarannya.

Lagi pula, siapa orang yang berani melakukan ini, siapa orang yang dengan teganya menuduh orang lain melakukan hal yang tidak tidak? Itu mencemarkan nama baik, bukan?

"Lo tau apa tentang Della, hah?!" marah Veli pada orang-orang yang memperbincangkan Della.

"Emang bener kok, dia itu murahan. Cih!"

"Della!" teriak seseorang yang tengah berlari menghampirinya.

"Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" tanya Dava khawatir.

Lio menatap tajam sekitar yang masih mengerumuni Mading.

"Kenapa lo semua masih disini hah?! Pergi lo semua?! Sampe lo semua nyakitin dia?! Gue nggak akan tinggal diam!" emosi Lio menatap satu persatu orang yang berani membicarakan kekasihnya.

Semuanya pergi meninggalkan Mading yang sempat ramai orang itu sebab takut dengan tatapan nyalang yang diberikan Lio pada semuanya.

"Del, gue nanya serius sama lo. Semua ini nggak bener kan?" Veli mencengkeram lembut kedua bahu Della. Berusaha mendapatkan jawaban dengan harapan informasi tersebut salah.

"Semua itu nggak bener, Vel. Gue nggak lakuin hal yang nggak senonoh. Percaya sama gue Vel."

"Kak Dav hiks," isak Della langsung memeluk tubuh kekar kakaknya.

"Del, lo jangan sedih ya, ada kita yang akan bantu lo di sini." Semuanya mengangguk setuju dengan apa yang Nita katakan. Memang benar, mereka ada untuk Della. Mereka datang untuk Della.

"Kalian tunggu sini, gue duluan," pamit Della seraya berjalan menjauh dari semuanya. Langkah kakinya menuju lorong sempit yang menghubungkannya langsung ke rooftop.

Benar dugaannya, sosok yang tengah dicarinya berada di ujung rooftop. Bajunya ia keluarkan, tangannya memegang putung rokok yang sesekali ia sesap.

FredellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang